UNESCO dan Tanoto Foundation Dorong Generasi Muda Berinovasi Lewat YAR-TSRA 2024
FeatureNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Acara YAR-TSRA di FX Sudirman, Jakarta / foto: Sanrifa Akmalia

Jakarta, tvrijakartanews - Generasi muda menjadi elemen penting dalam menciptakan perubahan. Dengan semangat ini, program Youth as Researchers – Tanoto Student Research Awards (YAR-TSRA) kembali hadir sebagai platform untuk memberdayakan anak muda Indonesia melalui penelitian sosial berbasis bukti. Program ini merupakan hasil kolaborasi UNESCO dan Tanoto Foundation yang bertujuan mendukung pemuda dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan potensi mereka.

Pada acara Knowledge Summit yang berlangsung di Ganara Art FX Sudirman, Jakarta, program ini menjadi puncak dari serangkaian kegiatan yang mendorong partisipasi generasi muda dalam menghadapi tantangan sosial-ekonomi. Tahun ini, YAR-TSRA berhasil melibatkan 96 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, termasuk dari Sumatera, untuk mengkaji isu-isu strategis seperti kesehatan mental, aksi iklim, transformasi digital, dan pendidikan inklusif.

Program YAR-TSRA bukan hanya berfokus pada penelitian, tetapi juga memberikan pelatihan, pendampingan, dan keterampilan analisis data kepada para peserta. Hal ini memungkinkan mereka menggali isu lokal yang relevan dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti.

Direktur UNESCO Regional Office Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa, menegaskan pentingnya kontribusi generasi muda dalam menciptakan solusi inovatif. “Penelitian yang dilakukan peserta YAR-TSRA membuktikan bahwa generasi muda dapat berkontribusi pada solusi inovatif. Contohnya, dampak kebijakan pemerintah terkait aksi iklim di Kepulauan Seribu, strategi pendidikan inklusif di desa nelayan Medan, hingga pemetaan kuliner digital di Makassar,” ungkapnya pada Jumat (22/11/24).

Michael Susanto, Kepala Departemen Beasiswa dan Pengembangan Kepemimpinan Tanoto Foundation, juga menyoroti pentingnya peran pemuda dalam pembangunan berkelanjutan.

“Tanoto Foundation bersama UNESCO menghadirkan platform ini untuk membantu pemuda menciptakan solusi yang berdampak langsung pada komunitas mereka, semoga ini bisa menjadi foundation yang kuat untuk karir di masa depan,” jelasnya.

Penelitian yang dilakukan dalam program YAR-TSRA 2024 dibagi ke dalam empat kategori utama:

1. Kesehatan Mental: Penelitian mengenai depresi pascamelahirkan di Posyandu dan dinamika hubungan tidak sehat di kalangan remaja bertujuan menghapus stigma dan mendukung kebijakan kesehatan mental.

2. Transformasi Digital: Peserta berupaya mempersempit kesenjangan literasi digital, khususnya di UMKM dan komunitas marjinal, untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif.

3. Pendidikan Inklusif: Solusi kreatif diusulkan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi komunitas terpinggirkan, termasuk anak-anak Papua di Bogor.

4. Aksi Iklim: Penelitian mencakup inovasi seperti penggunaan residu biodigester sebagai pupuk di Jatinangor dan pengurangan emisi UMKM di Yogyakarta, menawarkan solusi lokal untuk tantangan global.

Program YAR-TSRA kembali menunjukkan bahwa kontribusi generasi muda sangat diperlukan untuk menjawab berbagai tantangan sosial-ekonomi di Indonesia. Melalui pelatihan dan penelitian berbasis bukti, mereka diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang menciptakan dampak positif bagi masyarakat.