Dharma Pongrekun Tak Mau Hasil Perolehan Suara 10% Lebih Dibilang Lumayan
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Dharma Pongrekun Tak Mau Hasil Perolehan Suara 10% Lebih Dibilang Lumayan. Foto : Achmad Basofi

Jakarta, tvrijakartanews - Dalam pernyataan tegasnya, Calon Gubernur (Cagub) Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun menekankan pentingnya Pilkada yang bersih dan bermoral, tanpa kompromi terhadap praktik-praktik yang mencederai keadilan demokrasi.

Ia menolak pandangan bahwa hasil perolehan suara 10,53% yang diraihnya dalam Pilkada disebut "lumayan", ia menyebut bahwa hasil tersebut adalah bukan angka yang sakral.

Dharma lebih menyoroti soal prinsip moralitas dalam masa Pilkada. Kalau prosesnya tidak bermoral, ia meragukan kemajuan bangsa ini.

"Kami tidak melihat lumayan, kami tidak mau ditakar lumayan. Kan tadi saya sudah bilang, ini adalah bukan angka sakral," kata Dharma kepada wartawan di Bale Gotong Royong, Antasari, Jakarta Selatan yang dikutip, Sabtu (30/11/2024).

"Kalau rekan-rekan wartawan mau mendukung, mau melakukan pendidikan politik, mari kita rapihkan betul-betul. Karena kalau dengan proses seperti ini, bangsa ini tidak akan pernah maju dan akan semakin mundur. Percuma kita berbicara tentang moralitas, tetapi prosesnya sendiri tidak bermoral," sambungnya.

Dharma mengungkapkan adanya dugaan pelanggaran serius dalam proses Pilkada, seperti tekanan kepada masyarakat untuk menyerahkan KTP sebagai syarat mendapatkan bantuan sembako dan amplop.

Menurutnya, praktik ini mencerminkan rencana kecurangan yang terstruktur dan masif.

"Ini kan kalau terlihat dari seperti ini, jelas-jelas ini adalah sesuatu yang sudah direncanakan," kata Dharma.

"Makanya tadi dari Bunda Siti (relawan) juga menemukan adanya yang dimintai KTP. Karena kalau tidak diserahkan KTP, tidak akan diberikan sembako dan sejumlah amplop. Itu yang kita dapat," jelasnya.

Dharma mengajak media dan masyarakat untuk turut berperan dalam mendidik politik yang sehat. Ia berharap pelajaran dari Pilkada ini menjadi pengingat pentingnya menjaga integritas dalam proses demokrasi.

Lebih lanjut, jika nanti misal pihaknya masuk ke putaran kedua, atau bahkan pemilihan diulang karena ada keputusan Tuhan, pihaknya sudah memahami di mana titik yang perlu dijaga.

Ia pun mengatakan, bukan dari pihak yang punya dana besar untuk berperkara, tapi dirinya percaya pada mujizat Tuhan.

"Jadi ini hanyalah bagian daripada kami menyampaikan supaya menjadi pelajaran. Kalau pun nanti akhirnya jadi masuk putaran kedua. Apalagi kalau siapa tahu Tuhan menyatakan pemilihan diulang kembali," kata Dharma.

"Kami sudah ngerti di mana titik-titik poin yang bisa kita jaga. Kita lihat saja. Kami bukanlah orang yang punya dana untuk berperkara, tetapi kami mengharapkan adanya mujizat dari Tuhan," terangnya.

Ia pun menyerukan agar semua pihak yang berwenang mengambil tindakan tegas jika terbukti ada kecurangan, termasuk mempertimbangkan ulang hasil Pilkada jika terbukti tidak sah.

Pernyataan Dharma ini menggarisbawahi pentingnya Pilkada yang bersih dan jujur sebagai fondasi bagi kemajuan bangsa.

"Karena semua masih bisa terjadi. Karena proses Pilkada di mana jelas-jelas kecurangan itu direncanakan dengan baik," kata Dharma.

"Dan masif mungkin, maka pilkada itu sebetulnya harus dianggap tidak sah atau diulangi. Tapi kan ada proses pada yang memang punya kewenangan itu," tambahnya.