BPS Catat Inflasi November 2024 Sebesar 0,30 Persen
EkonomiNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti. (Tangkap layar YouTube BPS)

Jakarta, tvrijakartanews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2024 sebesar 0,30 persen. Jumlah tersebut lebih tinggi di banding Oktober 2024 sebesar 0,08 persen.

"Inflasi bulanan pada November 2024 lebih tinggi dibandingkan Oktober 2024, tetapi masih lebih rendah jika kita bandingkan dengan November 2023," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangannya di Jakarta, Senin (2/12/2024).

Amalia menjelaskan kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar pada November 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,78 persen dan memberikan andil inflasi 0,22 persen.

"Komoditas yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah bawang merah dan tomat yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,10 persen," tuturnya.

Menurutnya, delapan dari 10 komoditas utama penyumbang inflasi pada November 2024 merupakan komoditas dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Diantaranya, dari bawang merah dan tomat masing-masing 0,10 persen, daging ayam ras 0,03 persen, minyak goreng 0,03 persen.

"Kemudian bawang putih, ikan segar, sigaret kretek mesin (SKM), dan kopi bubuk yang masing-masing 0,01 persen," ujarnya.

Dikatakan Amalia, sejumlah komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menjadi penyumbang utama inflasi November 2024 yakni bawang merah 24,87 persen, tomat 58,88 persen, daging ayam ras 2,03 persen, dan minyak goreng 2,17 persen.

"Untuk komoditas bawang merah, tomat, dan daging ayam ras kembali inflasi dalam dua bulan terakhir, sedangkan minyak goreng mengalami inflasi sejak Juli 2024 dengan tingkat inflasi November merupakan tingkat inflasi tertinggi sepanjang tahun ini," ungkapnya.

Amalia menjelaskan komoditas lain yang memberikan andil inflasi yaitu emas perhiasan sebesar 0,04 persen dengan inflasi 2,87 persen. Emas perhiasan termasuk dalam kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang merupakan kelompok kedua penyumbang utama inflasi dalam bulan November 2024.

"Komoditas emas perhiasan terus mengalami inflasi selama 15 bulan terakhir, yakni sejak September 2023 hingga Oktober 2024," tuturnya.

Pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, memberikan andil inflasi 0,04 persen pada November 2024 dengan tingkat inflasi 0,65 persen, terutama didorong komoditas emas perhiasan. Capaian ini lebih rendah dibandingkan Oktober 2024 dengan tingkat inflasi 0,94 persen.

Adapun komoditas terakhir yang menjadi penyumbang utama inflasi yaitu tarif angkutan udara dengan andil inflasi 0,01 persen.

Lebih lanjut, inflasi pada November 2024 utamanya didorong oleh komponen harga bergejolak yang mengalami inflasi 1,07 persen dengan andil inflasi 0,17 persen. Komponen harga bergejolak mengalami inflasi setelah sebelumnya mengalami deflasi selama tujuh bulan berturut-turut.

"Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen bergejolak adalah bawang merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih, dan ikan segar," tambahnya.

Untuk komoditas harga diatur pemerintah, mengalami inflasi 0,12 persen dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah SKM dan tarif angkutan udara.

Pada komponen inti, mengalami inflasi 0,17 persen dan memberikan andil inflasi 0,11 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan, minyak goreng, dan kopi bubuk.

Jika dilihat berdasarkan sebaran inflasi bulanan menurut wilayah, sebanyak 33 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sedangkan lima provinsi lainnya mengalami deflasi.

"Inflasi tertinggi terjadi di Papua yaitu sebesar 1,41 persen, sementara deflasi terdalam terjadi di provinsi Sulawesi Barat yang sebesar 0,17 persen," pungkasnya.