
Sumber: REUTERS / KEHUTANAN INGGRIS
Jakarta, tvrijakartanews - Para pegiat konservasi di Inggris mempelopori eksperimen pemulihan alam di North Yorkshire, memindahkan tanah kaya jamur dari hutan kuno ke lokasi yang baru dibangun.
Proyek ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali spesies jamur yang hilang dan penting bagi kesehatan pohon serta keberlanjutan tanah. Hal ini berpotensi menginformasikan praktik pengelolaan hutan nasional.
Tim dari Forestry England, dilansir dari reuters (5/11) yang mengelola dan mempromosikan hutan publik negara tersebut, mengekstraksi inti tanah dari hutan kuno Hagg Wood dan memindahkannya ke York Community Woodland, lokasi hutan baru seluas 78 hektar (192 are).
Inti hutan ini menampung hingga 300 spesies jamur penting, yang membentuk hubungan simbiosis dengan pepohonan dan menunjukkan ekosistem yang tangguh. Namun, pengambilan sampel DNA lingkungan (eDNA) telah menunjukkan bahwa jamur ini tidak ditemukan di banyak hutan baru.
"Tanah merupakan dasar dari sebuah ekosistem. Komunitas di dalam tanah sangat penting bagi segala sesuatu yang tumbuh di dalamnya," kata Andrew Stringer, Kepala Lingkungan Hidup di Forestry England, kepada Reuters.
Percobaan translokasi difokuskan pada jamur mikoriza, jamur yang membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman yang membantu pohon tetap sehat dan tangguh terhadap penyakit dan cuaca ekstrem.
"Kami memindahkan inti tanah dari hutan purba ke lokasi pembuatan hutan, dan di dalamnya akan ada seluruh komunitas jamur. Dan beberapa yang paling penting adalah mikoriza... yang bersimbiosis dengan pohon, membantu pohon tumbuh, menyediakan nutrisi bagi pohon juga, terkadang juga sistem kekebalan tubuh," tambah Stringer.
Keberhasilan jamur di lingkungan barunya tidak pasti dan akan dipantau secara ketat selama sepuluh tahun ke depan. Stringer menambahkan bahwa metode ini berpotensi digunakan sebagai cetak biru untuk mengatasi degradasi tanah di berbagai belahan dunia, yang berfungsi sebagai alat yang berharga dalam perjuangan global melawan degradasi lingkungan.
"Tanah merupakan aset kita yang paling penting, tetapi mungkin paling tidak dihargai. Jadi, kita harus secara aktif melakukan intervensi untuk memulihkan kesehatan tanah dari lokasi yang murni atau sangat sehat dengan keanekaragaman hayati. Jadi, teknik ini bisa sangat penting secara global untuk pemulihan keanekaragaman hayati dan kesehatan tanah kita," katanya.
Percobaan translokasi ini dilakukan saat Hari Tanah Sedunia PBB pada tanggal 5 Desember menekankan pentingnya tanah yang sehat bagi ekosistem yang berkelanjutan.
Sebuah studi yang didukung PBB, dirilis pada hari Minggu 1 Desember mengatakan degradasi lahan melemahkan kapasitas Bumi untuk menopang kehidupan manusia dan kegagalan untuk mengatasinya akan menimbulkan tantangan bagi generasi mendatang.
Luas daratan sekitar 15 juta kilometer persegi (lebih besar dari Antartika) telah terdegradasi, dan bertambah sekitar 1 juta kilometer persegi setiap tahun, tambahnya.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), erosi tanah dapat menyebabkan hilangnya 10% produksi tanaman pangan global pada tahun 2050. Dengan perkiraan populasi dunia yang akan meningkat seperlima menjadi hampir 10 miliar pada saat itu, kekurangan gizi dan kelaparan akan mempengaruhi semakin banyak orang.
"Di tanah, keseimbangan jamur dan bakteri yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan tanah baik untuk hutan maupun lahan pertanian. Saat ini, karena praktik pertanian intensif, kita melihat bahwa keragaman jamur dan populasinya di tanah telah menurun drastis. Hal ini mengurangi kapasitas tanah terhadap perubahan iklim secara signifikan," kata juru kampanye lingkungan Anand Ethirajalu.
"Kecuali kita memiliki tanah yang sehat, kita tidak dapat menghasilkan makanan yang sehat, yang berarti kita tidak dapat memiliki manusia yang sehat," tambahnya.

