![](https://admin.tvrijakartanews.com/uploads/SEI_232595458_3f410638ee.webp)
Sumber: New Scientist/laboratorium/Alamy
Jakarta, tvrijakartanews - Kelimpahan 13 protein dalam darah menjadi indikator kuat seberapa cepat otak manusia menua. Hal ini menunjukkan bahwa tes darah suatu hari nanti dapat membantu orang melacak dan bahkan meningkatkan kesehatan otak mereka.
Nicholas Seyfried di Universitas Emory di Atlanta, Georgia, yang tidak terlibat dalam penelitian baru tersebut mengatakan, kebanyakan penelitian sebelumnya yang mengamati penanda protein penuaan otak dalam darah melibatkan kurang dari 1000 orang.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang dampak protein ini, Wei-Shi Liu di Universitas Fudan di Tiongkok dan rekan-rekannya menganalisis data pemindaian otak MRI dari hampir 11.000 orang dewasa dari proyek UK Biobank, yang usianya berkisar sekitar 50 hingga 80 tahun pada saat pencitraan.
Dengan menggunakan data dari 70 persen peserta, tim Liu melatih model kecerdasan buatan untuk memprediksi usia peserta berdasarkan fitur gambar otak. Seperti ukuran berbagai daerah otak dan seberapa berbeda bagian-bagiannya saling terhubung. Ketika model tersebut diterapkan pada 30 persen peserta yang tersisa, prediksinya akurat hingga 2,7 tahun dari usia mereka yang sebenarnya.
Selanjutnya, para peneliti menggunakan model tersebut untuk memprediksi usia kelompok terpisah yang terdiri dari hampir 4.700 orang, yang rata-rata berusia 63 tahun, yang otaknya juga dicitrakan untuk UK Biobank. Tim tersebut menghitung perbedaan antara usia aktual para peserta ini dan usia yang diprediksi oleh AI, yang disebut kesenjangan usia otak .
"Semakin tinggi usia yang diprediksi AI dibandingkan dengan usia aktual mereka, semakin cepat otak mereka menua," kata Liu.
Kelompok ini juga memberikan sampel darah pada waktu yang hampir bersamaan dengan saat otak mereka divisualisasikan. Dari sini, tim menemukan delapan protein yang tampaknya meningkat pesat, dan lima protein yang jumlahnya berkurang, dengan perbedaan usia otak yang lebih besar.
Dalam analisis data dari penelitian sebelumnya, para peneliti mengonfirmasi bahwa protein tersebut diproduksi oleh sel otak dan kadarnya dapat memengaruhi risiko demensia dan stroke. Hal ini menunjukkan bahwa tes darah untuk protein-protein ini dapat menunjukkan seberapa cepat otak seseorang menua .
"Penanda-penanda ini dapat menjadi tanda peringatan dini yang memberi tahu Anda, 'hei, lihat, mari kita mulai melakukan intervensi untuk memperlambat penuaan otak Anda sekarang selagi Anda masih punya cukup waktu'," kata Seyfried.
Namun agar ini bermanfaat, kita perlu tahu bahwa protein-protein ini dapat diubah oleh perubahan gaya hidup. "Anda ingin dapat berkata, 'jika Anda berlari sebanyak ini, Anda kehilangan berat badan sebanyak ini, Anda mengubah pola makan Anda, [maka] Anda dapat mengubah kadar tersebut untuk mengembalikannya ke kisaran normal'," lanjut Seyfried.
Penelitian ini sebagian besar dilakukan terhadap orang kulit putih dan kaya, jadi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah hasilnya berlaku pada populasi lain dengan etnis dan tingkat pendapatan yang lebih beragam, kata Seyfried.
Tim tersebut kini berharap dapat melakukan penelitian pada hewan untuk menentukan bagaimana 13 protein tersebut memengaruhi otak. Misalnya, para peneliti dapat menguji apakah gangguan kadar protein ini memengaruhi kognisi atau bahkan perkembangan kondisi neurodegeneratif.