
Kardinal Ignatius Suharyo: "Mari Kita Pergi ke Betlehem, Temukan Makna Hidup dalam Yesus". Foto : Achmad Basofi
Jakarta, tvrijakartanews - Kardinal Ignatius Suharyo Hardjodmodjo mengajak masyarakat khususnya umat Kristiani untuk merenungkan makna mendalam dari tema nasional yang diangkat dalam perayaan Natal tahun ini yakni "Marilah Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem".
Dalam pesannya, Suharyo menggarisbawahi pentingnya simbol Bethlehem, tempat kelahiran Yesus, sebagai inspirasi spiritual bagi umat.
"Bagaimana kami umat Keuskupan Agung Jakarta berusaha memahami tema nasional itu. Mungkin agak sulit untuk ditangkap, tetapi saya mencoba menjelaskannya, ajakannya adalah marilah kita pergi ke Betlehem sekarang," kata Suharyo kepada wartawan saat konferensi pers di Gereja Katedral Jakarta. Rabu (25/12/2024).
Ia mengatakan, ajakan untuk pergi ke Bethlehem adalah simbolik. Dalam Kitab Suci, para gembala pergi ke sana, berjumpa dengan Yesus yang lahir, dan pulang dengan hati penuh pujian dan kemuliaan kepada Allah.
"Bethlehem tentu saja adalah simbolik. Para gembala yang diceritakan di dalam Kitab Suci itu pergi ke Betlehem, berjumpa dengan Yesus yang lahir, dan pulang sambil memuji dan pemuliakan Allah," katanya.
Ia pun mengajak umat untuk memahami pesan tersebut dengan refleksi mendalam. Menurutnya, setiap ayat Kitab Suci memang dapat ditafsirkan secara beragam, tetapi selama tafsirannya membawa kebaikan, maka itu benar. Ia meminta untuk membayangkan para gembala pulang dengan sukacita, bernyanyi, dan memuliakan Allah.
"Ini tentu tafsirannya macam-macam, seperti halnya setiap ayat Kitab Suci itu bisa ditafsirkan, asal tafsirannya baik pasti itu benar," kata Suharyo.
"Kita bisa membayangkan gembala-gembala itu pulang sambil memuji dan memuliakan Allah. Itu artinya apa? Secara harafiah yang paling sederhana yang mereka bernyanyi, mereka bergirang, mereka bercingkrak-cingkrak memuji dan memuliakan Allah," jelasnya.
Lebih jauh, Suharyo menyampaikan bahwa perjumpaan para gembala dengan Yesus membawa mereka pada keyakinan akan tujuan hidup mereka. Mereka menyadari bahwa hidup mereka diciptakan untuk memuji dan memuliakan Allah.
"Saya merumuskannya begini. Dalam perjumpaan dengan Yesus yang lahir, para gembala itu sampai pada keyakinan. Menemukan dan menyadari bahwa hidup mereka itu, atau mereka itu dijiptakan untuk memuji dan memuliakan Allah," jelas Suharyo.
Ajakan Suharyo ini menjadi pengingat bagi umat untuk terus memperdalam iman, menemukan makna hidup, dan membawa sukacita kepada dunia. Melalui refleksi ini, Natal bukan hanya menjadi perayaan, tetapi juga momentum pembaharuan iman dan kehidupan.