
Gambar: IFL Science/ NOAA melalui Wikimedia Commons ( domain publik )
Jakarta, tvrijakartanews - Axial Seamount (gunung berapi bawah laut), yang terletak di Juan de Fuca Ridge, sekitar 480 kilometer dari pantai barat Amerika Serikat, tengah menjadi sorotan para ilmuwan. Dikenal sebagai salah satu gunung berapi bawah laut paling aktif di Pasifik timur laut, Axial diperkirakan dapat meletus kapan saja, bahkan sebelum akhir tahun 2025.
Melansir IFL Science, para peneliti dari berbagai institusi berani mengambil risiko besar dengan mencoba memprediksi waktu letusan secara lebih presisi. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam ilmu vulkanologi, mengingat prediksi letusan gunung berapi biasanya hanya memiliki pemberitahuan beberapa jam sebelum peristiwa terjadi.
Axial Seamount yang terletak di Samudra Pasifik, menjadi lokasi observatorium bawah laut pertama di dunia sejak tahun 1997. Dengan teknologi canggih, para ilmuwan telah merekam aktivitas vulkanik di dasar laut, termasuk tiga letusan besar yang terjadi pada tahun 1997, 2011, dan 2015.
Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah pola inflasi permukaan Axial sebelum letusan terjadi. Inflasi ini terjadi karena magma yang berkumpul di bawah permukaan, menciptakan tekanan yang akhirnya memicu letusan. Fenomena ini biasanya diiringi oleh lonjakan aktivitas seismik, dengan ratusan gempa kecil terdeteksi setiap harinya.
Penelitian di Axial Seamount memberikan wawasan baru tentang aktivitas vulkanik bawah laut, yang membantu ilmuwan memprediksi letusan dan memahami lebih dalam tentang proses geologi di dasar laut.
Aktivitas vulkanik di bawah laut Axial Seamount, gunung laut aktif yang terletak di lepas pantai Oregon, menunjukkan tanda-tanda signifikan yang mengarah pada potensi letusan baru. Peneliti Bill Chadwick dan Scott Nooner melaporkan bahwa laju pembengkakan dasar laut di sekitar gunung ini, yang hampir tidak terlihat pada musim gugur 2023, mulai meningkat tajam sejak Januari 2024.
Selama enam bulan terakhir, laju inflasi dasar laut meningkat dari 5-10 sentimeter per tahun menjadi 15 sentimeter per tahun pada akhir Juli. Bahkan, di pusat kaldera, pembengkakan mencapai 25 sentimeter per tahun. Penelitian menunjukkan bahwa Axial Seamount telah mengembang kembali sepenuhnya, menyamai tingkat inflasi sebelum letusan besar pada 2015.
Aktivitas seismik yang meningkat di Gunung Berapi Axial Seamount memicu kekhawatiran di kalangan ilmuwan. Lebih dari 500 gempa bumi tercatat hanya dalam beberapa hari terakhir, menunjukkan adanya perubahan besar dalam pasokan magma. Fenomena ini telah berlangsung selama enam bulan terakhir, tanpa tanda-tanda penurunan intensitas.
Menurut laporan terbaru dari William Chadwick dan Scott Nooner, para ahli geologi kelautan yang mempelajari gunung berapi bawah laut ini, yang di kutip dari IFL Science bahwa Axial Seamount tengah mendekati ambang batas tekanan kritis.
"Gunung berapi ini tidak bisa mempertahankan kondisi ini selamanya," ujarnya.
Axial Seamount perlu segera melepaskan sebagian tekanan tersebut, sehingga para ilmuwan memprediksi letusan akan terjadi dalam 12 bulan ke depan. Dalam presentasi konferensi terbaru, Chadwick, Nooner, dan timnya menjelaskan bahwa
"berdasarkan tren saat ini dan asumsi bahwa Axial akan siap meletus saat mencapai ambang inflasi seperti pada 2015, perkiraan waktu letusan adalah antara sekarang hingga akhir tahun 2025,” kata Chadwick dan tim.
Namun, penting untuk dicatat bahwa prediksi jangka panjang yang tidak biasa ini sepenuhnya didasarkan pada pola perilaku yang tampaknya memiliki hubungan dengan letusan sebelumnya. Hal ini tidak menjamin bahwa letusan pasti terjadi, karena aktivitas gunung berapi dapat berubah atau menunjukkan perilaku yang tidak terduga.
Meski demikian, dengan memantau perkembangan di tahun-tahun mendatang, para peneliti diharapkan dapat memperdalam pemahaman mereka tentang pola letusan Gunung Laut Aksial. Hal ini dapat memberikan wawasan berharga untuk membantu memprediksi aktivitas gunung berapi di lokasi lain. (Meisy/Mita)

