
Foto: Freepik
Jakarta, tvrijakartanews - Meskipun tidak ada angka ajaib untuk menit olahraga yang harus dilakukan setiap hari agar kita semua tetap sehat, penelitian baru menemukan bahwa orang yang melaporkan melakukan lebih dari 150 menit olahraga berat seminggu tampaknya memiliki risiko yang jauh lebih rendah untuk terkena 19 penyakit kronis. Dengan durasi kurang dari 22 menit sehari, berkeringat selama menonton episode Simpsons dapat membuat perbedaan besar dalam hal kesehatan jantung hingga kanker dan diabetes.
Studi ini, dilansir dari IFL Science, mensurvei pasien di University of Iowa Health Care Medical Center tentang tingkat aktivitas fisik mereka. Kumpulan data akhir mereka berjumlah lebih dari 7.000 responden dan menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik untuk aktivitas fisik dan risiko terkena penyakit tertentu.
Ditemukan bahwa orang yang melaporkan melakukan olahraga sedang hingga berat selama 150 menit seminggu secara statistik lebih kecil kemungkinannya untuk terkena 19 penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan, dan diabetes. Sementara itu, mereka yang melaporkan jumlah olahraga paling sedikit ditemukan memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kronis.
Meskipun berita bahwa olahraga dapat bermanfaat dalam menurunkan risiko penyakit bukanlah hal baru, para peneliti di balik penelitian tersebut percaya bahwa hal itu mendukung pentingnya menanyakan kepada pasien tentang tingkat aktivitas fisik mereka, dan bahwa menemukan cara yang cepat dan mudah untuk melakukannya dapat memudahkan dokter untuk membantu mereka yang dapat memperoleh manfaat dari menjadi lebih aktif.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Preventing Chronic Disease ini menuliskan, Metodologi mereka memakan waktu kurang dari 30 detik karena pasien hanya ditanyai dua pertanyaan di tablet:
Pertanyaan pertama: “Rata-rata, berapa hari dalam seminggu Anda melakukan olahraga sedang hingga berat (seperti jalan cepat)?” (nol-tujuh hari)
Pertanyaan kedua: “Rata-rata, berapa menit Anda melakukan latihan pada tingkat ini?”
Dengan membuka dialog dengan cara ini, akan lebih mudah untuk menghubungkan pasien dengan layanan pendukung seperti resep olahraga dan spesialis kesehatan masyarakat. Menurut para peneliti, tidak ada rumah sakit di Midwest yang menanyakan pasien tentang tingkat olahraga mereka, dan praktik ini jarang dilakukan di sebagian besar Amerika Serikat. Karena itu, mereka ingin menyediakan survei tersebut untuk semua pasien.
Pimpinan studi dan profesor madya di Departemen Kesehatan dan Fisiologi Manusia Universitas Iowa, Lucas Carr, dalam sebuah pernyataan mengatakan Survei dua pertanyaan ini biasanya memerlukan waktu kurang dari 30 detik untuk diselesaikan oleh pasien.
"Survei ini tidak mengganggu kunjungan mereka, tetapi dapat memberi tahu kita banyak hal tentang kesehatan pasien secara keseluruhan," katanya. Ko

