Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menggelar konferensi pers RDK OJK melalui daring di Jakarta. (Tangkap layar akun YouTube)
Jakarta, tvrijakartanews - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan perkembangan global menunjukkan pemulihan terbatas. Hal ini sangat penting mayoritas negara-negara berada di bawah ekspektasi.
"Inflasi masih cukup resistence, ini mendorong bank sentral lebih netral meski mayoritas telah menurunkan suku bunga dalam 2 bulan terakhir," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, Konferensi pers RDK OJK, di Jakarta, Selasa (7/1/2025).
Mahendra menambahkan perekonomian data Amerika Serikat (AS) dinilai solid. Sedangkan inflasi AS sendiri cenderung sticky, dan The Fed mengindikasikan memangkas suku bunga.
"Namun di lain pihak memberi sinyal high for longer dan hanya akan memangkas 50 bps," ujarnya.
Menurut Mahendra, saat ini pasar juga terus mencermati Presiden terpilih Donald Trump, yang turut mempengaruhi volatilitas pasar keuangan global. Di sisi lain, di China ekonominya terlihat menunjukkan perbaikan.
"Sedangkan CPI menunjukkan disinflasi dan ekspor terkontraksi. PMI manufaktur juga berada di zona ekspansi, sisi domestik perekonomian Indonesia sendiri terjaga stabil. Inflasi atau headline CPI menunjukkan 1,55 persen (yoy) dengan inflasi inti naik menjadi 2,26 persen," tuturnya.
Dikatakan Mahendra, surplus neraca keuangan berlanjut, PMI manufaktur juga terus membaik. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka OJK meminta LJK terus memonitor faktor-faktor risiko tersebut, dalam rangka mengukur kemampuan LJK menyerap potensi risiko yang terjadi.
"Selain itu dalam upaya meminimalisir akibat kejadian fraud, OJK menerbitkan POJK 18 tahun 2024 tentang informasi pelaku yang mengatur pemanfaatan dan tata kelola pelaku serta memuat data dan informasi rekam jejak pelaku fraud. OJK juga merancang meningkatkan transparansi dan kepatuhan regulasi serta menyusun arsitektur pengawasan terintegrasi 2025-2028," imbuhnya.