AHY Kenang Tiga Masa Berat Partai Demokrat di Pembukaan Kongres VI
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Ketua Umum Partai Demokrat bersama Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Foto M Julnis Firmansyah

Jakarta, tvrijakartanews - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY mengenang tiga masa berat yang dilalui partai berlambang mercy itu. Pernyataan ini AHY sampaikan dalam pidatonya di pembukaan Kongres VI Partai Demokrat di Pasific Place, Jakarta, Senin (24/2/2025).

"Paling tidak ada 3 ujian besar untuk kita. Ujian pertama di hari kita menyelenggarakan kongres kelima diumumkan diberlakukannya lockdown oleh pemerintah untuk mengantisipasi merebaknya pandemi Covid-19," ujar AHY.

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan itu mengatakan mobilitas masyarakat menjadi sulit dan terbatas akibat pandemi. Sehingga, partainya harus berfokus mendukung kebijakan pemerintah dan melakukan aksi nyata menyelamatkan masyarakat.

Ujian kedua, kata AHY, terjadi saat partainya hendak diambil alih secara paksa oleh beberapa pihak melalui Kongres Luar Biasa (KLB). Padahal, saat itu dirinya sudah ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat berdasarkan Kongres V.

"Ketika usia kepengurusan DPP bahkan belum satu tahun, kita menghadapi ancaman nyata, sebuah ancaman terhadap kedaulatan, kehormatan, dan eksistensi Partai Demokrat yang dilakukan oleh sekelompok pengkhianat yang kemudian bersekongkol dengan oknum kekuasan," kata AHY.

"Mereka ingin mengambil alih partai kita ini secara inkonstitusional, menabrak etika, moral, hukum dan tentunya akal sehat," sambungnya.

Meski begitu, AHY bersyukur pihaknya bisa melewati cobaan tersebut. Bahkan, ia menilai kader partai hingga masyarakat solid melawan KLB itu. Saat itu, AHY menyebut menyelamatkan Partai Demokrat sama dengan menyelamatkan demokrasi Indonesia.

"Hashtag selamatkan demokrasi mengisi ruang-ruang publik di media-media massa maupun media sosial di kampus, dan tentunya itu telah menyatukan para pecinta demokrasi," kata AHY.

Cobaan terakhir, AHY menyebut saat partainya ditinggalkan oleh Koalisi Perubahan di Pilpres 2024. Saat itu Anies Baswedan yang diusung sebagai calon presiden oleh koalisi, memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon wakil presiden.

Akibatnya, Partai Demokrat melepas diri dari Koalisi Perubahan dan merapat dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Menurut dia, keputusannya sudah tepat karena berhasil membawa Partai Demokrat menang di Pilpres 2024 dan masuk kabinet.

Menurut AHY, kemenangan satu putaran Prabowo-Gibran kala itu juga lantaran Susilo Bambang Yudhoyono turun gunung untuk membantu kampanye.

"Kami bangga karena Pak SBY yang seharusnya sudah menikmati hobi beliau sebagai pelukis, tetapi mau turun gunung dan beliau buktikan untuk mendukung perjuangan sahabatnya bapak Prabowo Subianto," kata AHY.

"Alhamdulillah kita lulus ujian besar tersebut. Setelah melewati perjuangan yang panjang, baik pada ranah hukum, politik, sosial yang semua itu menyita waktu, energi, pikiran, dan sumber daya yang kita miliki. Tentu kita segera move on, tentu kita telah memaafkan, tetapi kita tak pernah melupakan begitu saja. We wiil forgive, but we will never forget," pungkasnya.