Pelaku Pasar Melihat Kebijakan Energi Dibuat Trump, Rupiah Ambruk 142 Poin Terhadap Dolar AS
EkonomiNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Ilustrasi rupiah. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup ambruk 142 poin atau 0,86 persen terhadap dolar Amerika Serikat. Penurunan mata uang garuda disebabkan pelaku pasar berjuang untuk mengukur dampak dari pengumuman kebijakan terkait energi yang dibuat oleh pemerintahan Trump bulan ini.

Dikutip data Bloomberg, rupiah melemah 142 poin atau 0,86 persen menjadi Rp16.595 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah turun 131 poin atau 0,80 persen menjadi Rp16.575 per dolar AS.

"Setelah Trump mengatakan bahwa tarif yang diusulkannya untuk Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada tanggal 4 Maret sesuai jadwal, dengan alasan bahwa obat-obatan masih masuk ke AS dari negara-negara tersebut," kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (28/2/2025).

Ibrahim menjelaskan dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya, Trump menambahkan bahwa Tiongkok akan menghadapi biaya tambahan sebesar 10 persen pada hari itu.

"Pada hari Rabu, Trump tampaknya mengindikasikan bahwa pungutan impor yang ditunda untuk Kanada dan Meksiko dapat ditunda sekitar satu bulan lagi, dengan mengatakan pungutan tersebut akan mulai berlaku pada tanggal 2 April," ujarnya.

Ibrahim menuturkan seorang pejabat Gedung Putih kemudian mengatakan bahwa tenggat waktu Trump sebelumnya pada tanggal 4 Maret masih berlaku sampai saat ini. Trump juga menyatakan bahwa ia akan segera memberlakukan tarif "timbal balik" sebesar 25 persen untuk mobil dan barang-barang lain yang berasal dari Uni Eropa.

Menurut Ibrahim, faktor ang juga membebani sentimen investor, data menunjukkan klaim pengangguran AS melonjak lebih dari yang diharapkan pada minggu sebelumnya, sementara laporan pemerintah lainnya menegaskan kembali bahwa pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal keempat.

Pasar juga menunggu rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi AS yang akan datang pada hari Jumat, untuk mencari wawasan tentang keputusan suku bunga Federal Reserve di masa mendatang. Pengukur inflasi yang disukai bank sentral, pembacaan PCE bulan Januari dapat memberikan informasi penting tentang belanja konsumen dan tren harga.

Dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan pasar merespon negatif terhadap badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri manufaktur masih terus berlanjut imbas banyaknya pabrik yang menutup operasinya, baik karena kebangkrutan maupun hengkangnya investor asing dari Indonesia.

Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya kelas menengah yang merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi.

"Hanya saja, pakar khawatir jumlah kelas menengah akan terus menyusut apabila tidak ada aksi perkuat sektor industry," imbuhnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya 9,4 juta penduduk kelas menengah telah 'turun kasta' ke kelompok aspiring middle class (calon kelas menengah) selama 2019 sampai dengan 2024. Akibatnya pada 2024, jumlah kelas menengah menjadi 47,85 juta atau setara 17,13% dari total penduduk Indonesia. Padahal pada 2019, proporsi kelas menengah mencapai 57,33 juta atau setara 21,45% dari total penduduk.

Pemerintah sendiri sadar betul dampak negatif tren penyusutan jumlah kelas menengah tersebut. Bahkan, pergeseran struktur kelas masyarakat itu menjadi pembahasan khusus dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

Ibrahim memperkirakan untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.580 - Rp16.670.