Wamendiktisaintek Ajak Lulusan Perguruan Tinggi Kembangkan Pola Pikir Evolutif dan Jadi Problem Solver Bangsa
NewsHot
Redaktur: Citra Sandy Anastasia

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) saat menghadiri wisuda ke-74 Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Sabtu (12/4/2025). Foto : Istimewa/ Kemdiktisaintek RI

Jakarta, tvrijakartanews - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan menekankan pentingnya generasi muda, khususnya para lulusan perguruan tinggi, untuk memaksimalkan pola pikir dan prinsip evolusi diri dalam menghadapi tantangan kehidupan.

"Kehidupan ini tidak cukup kita lalui dengan cara yang biasa-biasa saja. Saudara-Saudara dilahirkan oleh almamater berprestise dengan kewibawaan akademik dan sosial yang besar. Ini harus tercermin pada Saudara," kata Fauzan dalam keterangannya yang dikutip, Senin (14/4/2025).

Ia mengingatkan bahwa gelar akademik bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan pintu gerbang menuju proses pembelajaran yang sesungguhnya.

Menurutnya, ilmu dan gelar yang diraih harus dimanfaatkan untuk memperbaiki diri dan lingkungan sekitar.

"Setiap orang memiliki energi dan potensi yang bisa dimaksimalkan. Mereka yang tidak bisa memaksimalkan energi, itulah yang disebut pola pikir minimized," kata Fauzan.

Fauzan mendorong para lulusan untuk meninggalkan pola pikir terbatas yang kerap membelenggu diri dengan alasan-alasan klasik.

Sebaliknya, ia mengajak mereka untuk berani melangkah lebih jauh dan menghadapi tantangan sebagai bagian dari proses berkembang.

"Ketika anda bertekad untuk mengembangkan diri, inilah proses menjadi kepompong. Ketika anda berhasil melakukan pekerjaan anda dengan baik, barulah anda menjadi kupu-kupu, menjadi orang yang dicari," katanya.

Lebih lanjut, Fauzan menyampaikan bahwa evolusi diri tidak hanya berlaku pada individu, tetapi juga pada institusi pendidikan tinggi.

Ia menyoroti bahwa kampus masih menghadapi beragam tantangan, dan inilah yang ingin direspon melalui program 'Kampus Berdampak' yang digagas Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).

Menurut Fauzan, potensi yang dimiliki perguruan tinggi seperti riset, kompetensi dosen, hingga pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi harus dioptimalkan untuk menjawab berbagai persoalan di masyarakat.

Perguruan tinggi harus menjadi problem solver bagi masyarakat. Sinergi antara kekuatan sosiologis dan akademis ini diharapkan dapat menjadi motor penggerak saintifikasi pembangunan nasional.

"Sinergitas sosiologis dan akademis ini diharapkan dapat dicapai sebagai motor penggerak dalam saintifikasi pembangunan nasional," jelasnya.