Konsumsi Alkohol Berikan Dampak Baik dan Buruk Terhadap Penyakit Jantung
Tekno & Sains
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: study finds

Jakarta, tvrijakartanews - Para ilmuwan di Universitas Boston mengatakan bahwa konsumsi alkohol sebenarnya memiliki efek positif dan negatif pada kesehatan jantung peminumnya tergantung pada keberadaan metabolit tertentu. Tim peneliti menemukan 60 metabolit sirkulasi terkait alkohol yang tampaknya menghasilkan efek kontraaktif terhadap risiko penyakit jantung.

Dilansir dari study finds edisi (02/01/2024), sebuah penelitian medis menunjukkan konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular (CVD), namun penelitian terbaru justru menemukan sebaliknya, mengungkapkan bahwa minum alkohol dalam jumlah sedang mungkin berbahaya bagi kesehatan jantung. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Boston dan Sekolah Ilmu dan Kebijakan Gizi Friedman di Universitas Tufts, kini menyoroti hubungan rumit antara alkohol dan kesehatan jantung.

Menurut penelitian, meminum alkohol mungkin berdampak pada risiko kardiovaskular, bergantung pada keberadaan biologis metabolit tertentu yang bersirkulasi. Metabolit adalah molekul yang dibuat sebelum atau sesudah suatu zat dimetabolisme. Mereka sering dipelajari sebagai biomarker dari banyak penyakit. Para peneliti mengamati total 60 metabolit terkait konsumsi alkohol. Lebih khusus lagi, tujuh metabolit yang beredar memiliki hubungan antara konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Namun, tiga metabolit lain yang bersirkulasi memiliki kaitan dengan pola minum yang sama dan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah.

“Temuan penelitian menunjukkan bahwa konsumsi alkohol dapat memicu perubahan profil metabolisme kita, yang berpotensi memberikan hasil yang bermanfaat dan merugikan ,” kata Dr. Chunyu Liu, asisten profesor biostatistik di BUSPH dan rekan penulis senior studi tersebut bersama Dr. Jiantao Ma, asisten profesor di Divisi Epidemiologi Gizi dan Ilmu Data di Friedman School, dalam rilis media.

Dalam penelitian ini, peneliti menilai sampel darah untuk mengukur hubungan antara rata-rata kumulatif konsumsi bir, anggur, dan minuman keras serta 211 metabolit di antara total 2,428 peserta Framingham Heart Study Offspring Study. Semua individu tersebut adalah anak-anak dari Framingham Heart Study yang berbasis di Universitas Boston , dan telah aktif selama lebih dari 20 tahun. Di antara seluruh peserta, 636 akhirnya menderita penyakit kardiovaskular selama penelitian.

Di antara 60 metabolit terkait minuman keras yang teridentifikasi, 13 menunjukkan hubungan yang lebih kuat dengan konsumsi alkohol pada wanita dibandingkan pada pria. Para peneliti berspekulasi bahwa temuan ini mungkin disebabkan oleh ukuran tubuh wanita yang umumnya lebih kecil dan kemungkinan tingkat konsentrasi alkohol dalam darah yang lebih tinggi setelah mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang sama dibandingkan pria.

“Namun, alih-alih menyelesaikan perdebatan tersebut secara pasti, penelitian ini justru menggarisbawahi dampak rumit konsumsi alkohol terhadap kesehatan jantung dan menghasilkan hipotesis yang berguna untuk penyelidikan di masa depan,” lanjut Dr. Liu.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa konsumsi berbagai jenis alkohol mungkin memiliki kaitan dengan berbagai respons metabolik. Konsumsi bir secara keseluruhan menghasilkan hubungan yang sedikit lebih lemah dibandingkan anggur atau minuman keras. Di antara sekitar dua pertiga dari 60 metabolit, tim melihat kadar plasma yang lebih tinggi pada peserta yang meminum alkohol dalam jumlah besar.

Penting juga untuk dicatat bahwa asam amino rantai cabang (BCAA) termasuk dalam metabolit yang tidak terkait dengan konsumsi alkohol. Peneliti kemudian menghitung dua skor metabolit terkait konsumsi alkohol, yang menunjukkan hubungan berlawanan mengenai perkembangan penyakit kardiovaskular. (

Mita Harianti)