
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam acara HCS 2025. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mundur dari kebijakan hilirisasi sumber daya alam meskipun mendapat tekanan dari negara asing dan lembaga internasional. Dalam pidatonya di acara Human Capital Summit (HCS) 2025, Bahlil menyebut hilirisasi sebagai jalan final untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan kemandirian ekonomi nasional.
“Perintah Presiden Prabowo kepada kami, sejengkel apapun, saya tidak akan mundur dari tekanan asing,” kata Bahlil, Selasa (3/6/2025).
Ia menyatakan hilirisasi bukan hanya kebijakan ekonomi, tetapi bagian dari strategi mempertahankan kedaulatan nasional. Menurutnya, selama ini Indonesia terlalu mudah memberikan konsesi energi dan bahan baku kepada pihak luar tanpa timbal balik yang sepadan.
“Indonesia ini terlalu baik. Minta apa saja kasih. Sekarang saya tanya, apa yang kamu kasih untuk Indonesia?” ujarnya lantang.
Bahlil menyebut contoh sukses hilirisasi dapat dilihat dari sektor nikel. Pada 2017-2018, ekspor nikel mentah Indonesia hanya bernilai USD 3,3 miliar. Setelah ekspor dihentikan dan industri dibangun, nilai ekspor melonjak ke USD 34 miliar.
Bahlil menyebut Indonesia kini menjadi salah satu pemain besar dunia dalam produk turunan nikel seperti stainless steel dan baterai kendaraan listrik. Ia juga menyinggung pembangunan smelter tembaga oleh Freeport yang kini sudah beroperasi penuh.
Menurutnya, kritik terhadap hilirisasi sebagai proses yang kotor atau belum sempurna adalah hal wajar. “Gak ada negara yang jalankan program besar langsung sempurna. Kita harus terus melakukan perbaikan,” kata Bahlil.
Pemerintah saat ini tengah menyiapkan ekosistem industri baterai listrik dari hulu ke hilir yang diproyeksikan menyerap investasi hingga USD 7 miliar