
Foto: study finds (© Leonid - stock.adobe.com)
Jakarta, tvrijakartanews - Sebuah penelitian baru mengungka bahwa alat bantu dengar dapat membantu pemakainya hidup lebih lama. Para peneliti dari University of Southern California menemukan penurunan hampir 25% risiko kematian dini di kalangan pengguna alat bantu dengar. Studi terbaru ini menyoroti potensi manfaat kesehatan dari penggunaan alat bantu dengar. Secara global, gangguan pendengaran berdampak pada puluhan juta orang, namun hanya sepersepuluh dari mereka yang menggunakan alat bantu dengar seperti dilansir dari study finds edisi Rabu, (03/01/2024).
Dalam rilis media, ahli THT di Keck Medicine of USC dan peneliti utama studi tersebut, Janet Choi, MD, MPH mengatakan pihaknya menemukan bahwa risiko kematian orang dewasa dengan gangguan pendengaran lebih rendah bagi yang menggunakan alat bantu dengar.
“Kami menemukan bahwa orang dewasa dengan gangguan pendengaran yang rutin menggunakan alat bantu dengar memiliki risiko kematian 24% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah memakainya. Hasil ini menarik karena menunjukkan bahwa alat bantu dengar dapat berperan melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah kematian dini,” kata Dr Choi.
Penelitian sebelumnya telah menghubungkan kasus gangguan pendengaran yang tidak diobati dengan umur yang lebih pendek, isolasi sosial, depresi, dan demensia. Namun, penelitian yang meneliti dampak penggunaan alat bantu dengar terhadap risiko kematian masih terbatas. Dr Choi menegaskan bahwa penelitian ini adalah analisis paling komprehensif hingga saat ini mengenai hubungan tersebut.
Penelitian beru ini melibatkan hampir 10.000 orang dewasa berusia 20 tahun ke atas yang menjalani tes pendengaran dan menyelesaikan kuesioner tentang penggunaan alat bantu dengar mereka. Selama periode tindak lanjut selama 10 tahun, tim peneliti memantau status kematian mereka. Di antara 1.863 orang dewasa yang teridentifikasi mengalami gangguan pendengaran, 237 di antaranya adalah pengguna tetap alat bantu dengar, sementara 1.483 tidak pernah menggunakan alat tersebut. Studi tersebut mengungkapkan bahwa pengurangan risiko kematian di kalangan pengguna reguler adalah konsisten, terlepas dari faktor-faktor seperti tingkat gangguan pendengaran, usia, etnis, pendapatan, pendidikan, dan riwayat kesehatan.
Menariknya, penelitian ini tidak menemukan perubahan risiko kematian antara pengguna alat bantu dengar sesekali dan bukan pengguna, sehingga menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu dengar yang jarang mungkin tidak meningkatkan umur panjang seseorang. Dr Choi berspekulasi bahwa alat bantu dengar dapat meningkatkan umur panjang dengan mengurangi risiko depresi dan demensia, karena pendengaran yang lebih baik dapat meningkatkan kesehatan mental dan kognisi.
Lebih lanjut, Dr. Choi berharap penelitian ini akan memotivasi lebih banyak orang untuk memakai alat bantu dengar. Dia menyadari adanya tantangan seperti biaya, stigma, dan kesulitan dalam menemukan perangkat yang sesuai, namun dia juga sedang mengerjakan database berbasis AI untuk membantu menyesuaikan pilihan alat bantu dengar untuk kebutuhan individu.

