Anggota DPR RI Soroti Krisis Jumlah Murid di SDN Karaton 5
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Anggota DPR RI saat mengunjungi kabupaten Pandeglang di salah satu sekolah menyerahkan bantuan ppip ( Sumber : Tb Agus Jamaludin )

Pandeglang, tvrijakartanews - Krisis jumlah murid di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karaton 5, Kabupaten Pandeglang, Banten, menjadi perhatian serius anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Jumlah peserta didik yang terus menurun dari tahun ke tahun dinilai sebagai sinyal darurat terhadap keberlangsungan pendidikan dasar di wilayah tersebut.

Anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, Adde Rossi Khoirunnisa, menyebut fenomena ini sebagai "alarm keras" bagi pemerintah daerah dan dinas pendidikan setempat. Ia menilai bahwa penyusutan jumlah siswa bisa berdampak pada efisiensi pengelolaan sekolah, kualitas pembelajaran, dan masa depan anak-anak di kawasan tersebut.

"Harus kita telusuri dulu data anak yang ada di lingkungan sekolah tersebut dengan data sekolah, apakah memang anaknya kurang disana ataukah anak-anaknya ada yang tidak sanggup sekolah disana," kata Adde Rosi, dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Pandeglang, Jumat (11/07/2025).

Adde Rosi yang merupakan politisi Partai Golkar menyebut, jika memang penggabungan atau merger harus dilakukan, pihaknya akan mendukung.

"Tentu penggabungan sekolah ini harus dalam rangka peningkatan fasilitas sekolah, karena tidak ada yang menyalahi hal tersebut," ujarnya.

Adde Rosi meminta agar pemerintah daerah untuk lebih proaktif dalam menangani kasus-kasus serupa yang terjadi di wilayah tersebut.

"Asalkan jangan sampai ada anak usia sekolah tidak bisa bersekolah karena kesulitan untuk membayar sekolah," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, SD Negeri Karaton 5, yang berada di Kampung Parung Sentul, Kelurahan Sukaratu,Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Banten, krisis jumlah murid setelah diketahui belum ada satu pun siswa yang mendaftar untuk tahun ajaran 2025/2026. Sekolah dasar yang telah berdiri sejak 1970 itu kini menghadapi ancaman penutupan akibat krisis jumlah murid.

Kepala SDN Karaton 5, Tati Patmawati mengaku sedih. Ia menyebut kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir.

“Tahun-tahun sebelumnya memang jumlah murid menurun, tapi tetap ada yang mendaftar. Tahun ini benar-benar kosong. Kami sangat terpukul,” ujar Tati.

Tati menjelaskan, jumlah siswa di SDN Karaton 5 memang terus menurun dalam lima tahun terakhir. Kini total murid dari kelas 2 hingga kelas 6 hanya sebanyak 31 siswa. Kondisi bangunan sekolah yang mulai tua dan minim fasilitas dituding menjadi salah satu penyebab enggannya masyarakat untuk mendaftarkan anak-anak mereka. Padahal, SDN Karaton 5 memiliki rekam jejak prestasi yang cukup membanggakan di tingkat kecamatan.

"Selain itu, adanya isu penggabungan atau merger sejak tahun 2020 lalu, menimbulkan ke khawatiran di kalangan masyarakat, khususnya di Kampung Parung sentul ini, padahal isu merger tersebut hingga kini tidak terjadi," ujar nya.

Tati berharap, jika hingga awal tahun ajaran baru dimulai pada senin pekan depan tidak ada pendaftar, tati meminta agar SD Negeri Karaton 5 dialihkan fungsinya atau digabung dengan sekolah terdekat.

"Kalau dari kami pihak sekolah, jika kedepannya seperti ini kita tidak mendapatkan murid, saya mah inginnya di merger saja. Kami meminta kepada pemerintah pusat maupun daerah,mohon diperhatikan. Walaupun jumlah siswa kami ini tinggal 31,tapi tetap harus diperhatikan," pintanya.