
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah bersama DKPP dan TPID Serta Kelompok Taruna Tani memanen cabai rawit di Kampung Rambay, Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Foto: Dimas Yuga Pratama
Bogor, tvrijakartanews - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus mendorong gerakan pertanian perkotaan secara masif, di tengah keterbatasan lahan yang ada di perkotaan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan panen cabai rawit bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor beserta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bogor yang dipimpin Sekretaris daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah di Kampung Rambay, Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jumat 5 Januari 2024.
Adapun perkebunan Cabai Rawit jenis 'Jablay' yang dikelola oleh Kelompok Taruna Tani (KTT) Smar't ini, menjadi salah satu wujud dari gerakan pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang terbatas.
Keberadaan kelompok tani mandiri ini pun dinilai memiliki peran dalam menurunkan Inlasi daerah, serta juga menjadi upaya ketahanan pangan
"Kita tidak bisa selalu juga bergantung pada daerah produsen. Karena jika sewaktu-waktu daerah produsen terserang hama harga jadi mahal kita tidak memiliki harga tandinganya," ujar Sekda Kota Bogor, Syarifah Sofiah kepada wartawan.
Selain itu, gerakan tersebut juga dianggap bisa membantu masyarakat untuk mendapatkan penghasilan.
"Tentunya bisa menambah penghasilan juga ya," tandasnya.
Di tempat yang sama, Ketua KTT Smar't Hadi Nurwahid menuturkan, dengan menanam cabai tentunua memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
"Di KTT ini tidak hanya cabai, tapi ada melon, sayuran," ungkap Hadi.
Hadi menjelaskan, selain harga jual cabai yang terbilang tinggi, perawatan tanaman cabai juga terbilang mudah. Terlebih, cabai bisa di panen tak hanya sekali.
"Untuk cabai ini sudah tiga kali panen di usia 1 tahun, hasilnya Alhamdulillah (menguntungkan)," ujarnya.
Sebab menurutnya, saat dilakukan panen pertama saja, saat itu harga cabai sedang melonjak tinggi, berada di kisaran Rp100 ribu hingga Rp 120 Ribu.
Hadi pun membeberkan alasan saat itu harga cabai melonjak, lantaran disebabkan karena pengaruh cuaca, sehingga menyebabkan penyusutan hasil panen.
"Ketika panen pertama itu pas lagi kemarau. Panen menyusut hanya dapat 20 kilogram dari 200 pohon yang ditanam di lahan 150 meter," jelas Hadi.
Meski begitu, pada hasil panen kedua hasil yang didapat cukup memuaskan, meski harga cabai saat itu mengalami penurunan.
"Saat panen ke dua, harga cabai sudah kembali turun seharga Rp60 Ribu hingga Rp75 ribu," pungkasnya.
Hadi pun berbagi pengalaman. Untuk menjaga tanaman cabai agar tidak terkena hama, Hadi menggunakan pestisida organik untuk menghindari adanya hama.
"Pupuk yang kami gunakan yakni pupuk kandang, dari kotoran ayam dari wilayah Sukabumi," kata Hadi
Menurutnya, bertani cabai tidak terlalu sulit karena hanya perlu melakukan perawatan dengan tekun.
"Perawatan tidak ribet, harus ulet saja. Bersihin dari rumput liar, setelah itu ketika sudah usia dua bulan itu kita mulai memberikan pupuk kandang terus pestisida organik dan sebagainya," katanya.

