Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Meutya Hafid. Foto: Humas Golkar
Jakarta, tvrijakartanews - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Meutya Hafid mengkritik pernyataan cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin soal postur anggaran pertahanan. Sebelumnya, Muhaimin mengkritik pembelian alat perang alias alutsista dengan utang.
Menurut Meutya yang menjadi Ketua Komisi 1 DPR RI, Muhaimin turut terlibat langsung dalam penyetujuan anggaran pembelian alutsista oleh Kementerian Pertahanan. Sehingga, ia menilai kritik Muhaimin terhadap pembelian alutsista inkonsisten.
"Saya menilai pernyataan beliau bukan karena tidak paham, namun memiliki intensi lain terhadap Menhan yang saat ini menjadi calon presiden. Cak imin tahu persis kita membutuhkan alutsista. Mungkin ini salah satu bentuk inkonsistensi Cak Imin sejak pilpres, setelah inkonsistensi terhadap IKN," ujar Meutya saat dikonfirmasi, Jumat, 5 Januari 2024.
Meutya menyebut Muhaimin telah menjadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah hampir 10 tahun. Selain itu, Muhaimin juga telah menjadi anggota DPR RI sejak tahun 1999 dan pernah menjabat sebagai pimpinan DPR RI hingga menteri.
"Apalagi Cak Imin juga adalah anggota Komisi 1 yang membidangi luar negeri-geopolitik dan pertahanan, termasuk ikut memberi persetujuan terhadap postur anggaran pertahanan," kata Meutya.
Dengan kapasitas tersebut, ia yakin Muhaimin seharusnya paham alasan Kementerian Pertahanan membeli alutsista dengan utang. Namun, politikus Partai Golkar itu mahfum dengan kritik Muhaimin yang dianggapnya karena pilihan jalan politik di Pilpres 2024.
Kritik Muhaimin
Sebelumnya, saat berkunjung ke Bandung pada Rabu, 3 Januari 2024, Muhaimin mempertanyakan pembelian alat perang seharga ratusan triliun hingga harus berutang. Padahal, menurut dia, Indonesia saat ini dalam kondisi damai dan tidak sedang berperang.
Sehingga, pasangan Anies Baswedan di Pilpres 2024 itu menilai anggaran alutsista itu seharusnya bisa digunakan untuk pembelian alat pertanian.
"Kita lagi enggak perang, kenapa kebanyakan utang buat beli alat perang? Lebih baik untuk beli alat pertanian," ujar Muhaimin.