
Gambar: ILF Science / Peter Northrop / Unit Toksikologi MRC ( CC BY-NC 3.0 )
Jakarta, tvrijakartanews - Para ilmuwan telah menemukan bahwa spesies mikroba tertentu di usus manusia dapat menyerapn dan memungkinkan mengeluarkan "bahan kimia abadi" yang beracun dari tubuh.
Per- and Polyfluoroalkyl Substances (PFAS) atau zat per- dan polifluoroalkil, adalah bahan kimia sintetis yang telah banyak digunakan dalam berbagai produk sejak tahun 1950-an. Telah lama dikenal karena ketahanannya terhadap noda, panas, minyak, lemak, dan air, bahan kimia ini telah digunakan sebagai pelapis dalam berbagai produk seperti panci dan wajan, pakaian, furnitur, kemasan makanan, perekat, dan peralatan pemadam kebakaran.
Namun, bahan kimia ini sangat persisten dan dapat mencemari lingkungan serta tubuh hewan lama setelah produk aslinya dibuang. Mengatakan bahan kimia ini ada di mana-mana sekarang agak meremehkan, dan para ilmuwan semakin khawatir tentang dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Beberapa PFAS yang memasuki tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dalam beberapa hari, tetapi PFAS lainnya dengan struktur molekul yang lebih panjang dapat bertahan selama bertahun-tahun. Meskipun penelitiannya masih belum jelas, bukti yang ada menunjukkan bahan kimia ini dapat menyebabkan berbagai penyakit dan kondisi kesehatan yang merugikan, seperti ketidaksuburan, keterlambatan perkembangan pada anak, dan risiko kanker yang lebih tinggi.
“Kita semua terpapar PFAS melalui air dan makanan kita, zat kimia ini tersebar luas sehingga ada di dalam tubuh kita semua,” jelas Dr. Anna Lindell, seorang peneliti di Unit Toksikologi MRC, Universitas Cambridge, dalam sebuah pernyataan.
PFAS dulunya dianggap aman, tetapi sekarang jelas tidak. PFAS butuh waktu lama untuk disadari karena pada tingkat rendah, PFAS tidak terlalu beracun. Namun, PFAS seperti racun yang bekerja lambat. Untuk waktu yang lama, berita seputar bahan kimia ini cukup mengerikan, seperti yang bisa Anda bayangkan, tetapi penelitian baru yang dipimpin oleh tim di Universitas Cambridge telah memberi kita secercah harapan. Para ilmuwan kini telah mengidentifikasi famili spesies bakteri yang dapat menyerap beberapa molekul PFAS. Dan kabar baiknya adalah bakteri ini sudah ada secara alami di usus manusia.
Studi ini merupakan bukti pertama bahwa mikrobioma usus kita mungkin mampu membantu membuang PFAS yang beracun dari tubuh kita. Namun, hal ini belum diuji pada manusia. Studi yang ada berfokus pada tikus yang ususnya dimasuki sembilan spesies bakteri ini. Setelah itu, para peneliti menemukan bahwa tikus tersebut mampu mengakumulasi PFAS yang telah mereka makan dengan cepat. Mereka kemudian dapat mengeluarkannya dengan aman.
“Mengingat besarnya masalah 'bahan kimia abadi' PFAS, terutama dampaknya terhadap kesehatan manusia, sangat memprihatinkan bahwa sangat sedikit upaya yang dilakukan untuk menghilangkannya dari tubuh kita,” tambah Dr. Kiran Patil, juga dari Unit Toksikologi MRC, Universitas Cambridge.
Kami menemukan bahwa spesies bakteri usus manusia tertentu memiliki kapasitas yang sangat tinggi untuk menyerap PFAS dari lingkungan mereka pada berbagai konsentrasi, dan menyimpannya dalam gumpalan di dalam sel mereka. Berkat agregasi PFAS dalam gumpalan ini, bakteri itu sendiri tampaknya terlindungi dari efek toksik.
Menariknya, tim menemukan bahwa semakin tinggi kadar PFAS yang terpapar pada tikus, semakin keras mikrobioma usus mereka bekerja, sehingga mereka secara konsisten membuang persentase bahan kimia beracun yang sama setiap kali terpapar. Dalam beberapa menit setelah terpapar, bakteri yang diuji mampu menyerap antara 25 dan 74 persen PFAS.
Tim ini berharap dapat menciptakan suplemen makanan probiotik baru untuk meningkatkan jumlah bakteri baik ini di usus kita. Sementara itu, para peneliti mengimbau masyarakat untuk membatasi paparan bahan kimia ini dengan menghindari panci masak berlapis PFAS dan menggunakan filter air yang baik.