
Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Kemarau basah menyebabkan intensitas hujan tetap tinggi di bulan Juli.
Tangerang, tvrijakartanews - Hujan dengan intensitas tinggi masih akan terus terjadi di wilayah Tangerang dalam beberapa minggu ke depan. Akibatnya sejumlah wilayah termasuk dalam wilayah rawan bencana, bahkan sejumlah wilayah juga terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai satu meter.
Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Mahdiar menjelaskan, kondisi ini disebut sebagai kemarau basah dan diperkirakan terjadi hingga Oktober 2025. Hal ini merupakan dampak dari anomali curah hujan di atas normal yang telah terjadi sejak Mei 2025 dan diperkirakan berlanjut hingga Oktober 2025.
Penyebab utamanya adalah melemahnya Monsun Australia serta meningkatnya suhu muka laut di selatan Indonesia. Selain itu, fenomena atmosfer seperti gelombang Kelvin dan konvergensi angin turut mempercepat pembentukan awan hujan.
"Hingga akhir Juni 2025, hanya sekitar 30 persen wilayah Indonesia yang benar benar memasuki musim kemarau, di bawah angka normal yang biasanya mencapai 64 persen," jelas Mahdiar, Senin (21/7/2025).
Menyikapi kondisi yang seperti ini, masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi banjir meskipun berada di musim kemarau. Masyarakat diminta waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, ikuti info perkiraan cuaca dari sumber resmi, bersihkan salurat air dari sampah dan pangkas pepohonan yang rawan tumbang.
"Ketika banjir benar-benar terjadi, pastikan mengetahui lokasi shelter atau tempat evakuasi terdekat. Segera hubungi pihak berwenang jika membutuhkan bantuan. Diimbau untuk berhati-hati terhadap risiko penyakit akibat banjir dan waspadai arus deras yang bisa datang kapan saja," imbau Mahdiar.
Lanjutnya, setelah banjir surut, jangan langsung pulang sebelum ada izin dari pertugas. Lalu, bersihkan lingkungan dan rumah yang terkena banjir. Cek kesehatan ke pos pelayanan kesehatan, pastikan air yang di gunakan bersih, dan tetap waspada terhadap banjir susulan.
"Cuaca ekstrem kini tidak lagi mengenal musim. Masyarakat diharapkan tetap siaga menghadapi potensi bencana," katanya.

