
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul saat Sosialisasi Program Persiapan Sekolah Rakyat yang digelar daring, pada Minggu (27/7). Foto : Istimewa/ Kemensos RI
Jakarta, tvrijakartanews - Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di 63 titik pertama Sekolah Rakyat memasuki minggu kedua dan segera berakhir. Selanjutnya, program persiapan akan berlanjut ke tahap matrikulasi selama tiga bulan sebagai fondasi penting bagi siswa.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan pentingnya tahap ini dalam Sosialisasi Program Persiapan Sekolah Rakyat yang digelar daring, pada Minggu (27/7).
"Program persiapan (Sekolah Rakyat), ada MPLS dan ada matrikulasi, bahkan secara khusus awal-awal itu Pak Presiden mengatakan bisa jadi matrikulasi itu sampai tiga bulan," kata Gus Ipul, sebagaimana yang dikutip dari keterangan resmi Kemensos, Senin (28/7/2025).
"Maka itu kami minta kepada tim kurikulum untuk mempersiapkan dengan baik matrikulasi yang tiga bulan itu, ya karena matrikulasi ini menjadi titik krusial yang pertama buat kita semua," jelasnya.
Menurutnya, masa persiapan yang panjang bukan karena keterlambatan, tetapi untuk memastikan siswa memiliki landasan kuat secara mental, akademik, sosial, dan karakter.
"Agar tranformasi anak bisa terjadi secara menyeluruh dan berkelanjutan," katanya di hadapan Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Rakyat yang hadir dalam pertemuan virtual.
Gus Ipul menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat persiapan ini memakan waktu. Di antaranya keberagaman karakter siswa, adaptasi terhadap sistem berasrama dan disiplin, pembentukan ikatan antar siswa dan tenaga pendidik, pemetaan level akademik, hingga penguatan nilai dasar sekolah.
Ia juga mengingatkan Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan (Tendik) untuk memegang prinsip sabar dan berorientasi pada pendidikan berkarakter.
"Kita tidak sedang mendirikan bangunan fisik, kita sedang membangun peradaban dimulai dari anak-anak yang dididik dengan kasih sayang, kedisiplinandan nilai-nilai luhur kebangsaan, untuk itu sabar terhadap kekurangan-kekurangan yang ada itu adalah menjadi hal yang sangat penting," jelas Gus Ipul.
Selain itu, Gus Ipul mendorong terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan, aman, dan memanusiakan. Perbedaan antar siswa, kata dia, harus menjadi ruang belajar bersama, bukan alasan untuk saling menjauh. Guru, wali asrama, dan Tendik juga diminta menjadi teladan utama karena siswa melihat mereka sebagai kompas moral.
"Anak-anak kita tidak hanya belajar tentang sains dan matematika, tetapi juga tentang empati, kolaborasi dan kemanusiaan, inilah pendidikan sejati yang menyentuh akal dan menghidupkan hati," kata Gus Ipul.
"Maka itu kita hadirkan hati kita, kita mengajar dengan hati, kita mendidik dengan hati, kita mengamankan mereka dengan hati," pesannya.
Ia juga menekankan pentingnya evaluasi berkala terhadap kondisi fisik, mental, dan akademik siswa secara terukur dan terdokumentasi.
"Ingat itu, catatlah apa yang kamu kerjakan dan kerjakan apa yang kamu catat," katanya.
Gus Ipul menutup paparannya dengan motivasi: "Tidak ada perubahan tanpa keberanian, tidak ada keberanian tanpa cinta, Sekolah Rakyat bukti bahwa bangsa ini tidak akan membiarkan satu anak pun tertinggal karena kemiskinan," kata Gus Ipul.

