Mendag Sebut Pemerintah Permudah Ekspor Lewat SKA Digital Otomatis
EkonomiNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menggelar konferensi pers di Kantor Kemendag. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)

Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan pemerintah akan memberlakukan sistem baru berupa Surat Keterangan Asal (SKA) prefensi otomatis. Nantinya sistem ini dapat mendorong proses ekspor lebih mudah, agar pelaku usaha tidak perlu repot memilih atau mengurus secara manual.

"Nah kemarin ada dua hal yang akan kita lakukan, salah satunya kita membuat kebijakan bahwa ekspor, SKA preferensi itu nanti otomatis. Otomatis itu begini, jadi ketika Bapak/Ibu mau ekspor baja ke Kanada itu tidak ada pilihan lain. Bapak/Ibu harus menggunakan SKA preferensi, by system, jadi kita yang akan merubah sistem," kata Budi ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (29/9/2025).

Budi menjelaskan sebagai masukan SKA preferensi atau bukan. Pokoknya tahunya dapat tarif yang paling rendah.

"Itu secara sistem akan kita lakukan, dan kita 3 minggu ini sudah mengerjakan," ujarnya.

Menurut Budi, hambatan administrasi yang selama ini membuat pemanfaatan perjanjian dagang tidak maksimal akan sepenuhnya diurus pemerintah, tidak lagi memberatkan pelaku usaha untuk mengurus secara manual.

"Jadi Bapak/Ibu jangan pusing urusan itu, itu adalah masalah administrasi. Dan itu kami yang akan menyelesaikan," ucap dia.

Selain itu, Budi menuturkan penting karena utilisasi perjanjian dagang Indonesia masih rendah, hanya sekitar 60-70 persen. Karena, Indonesia sudah memiliki sekitar 20 perjanjian yang berjalan, 10 dalam tahap ratifikasi, dan 16 lainnya masih dalam proses negosiasi.

"Kalau (sudah ada perjanjian dagang bea masuk) 0 persen ya sudah otomatis 0 persen. Jadi tahu-tahu Bapak/Ibu nanti, 'oh ternyata bea masuknya 0 ya'. Urusan administrasi nantinya bukan urusan bapak/ibu (eksportir) semua, tapi itu sudah urusan kami dan otomatis bapak/ibu mendapatkan bea masuk yang paling rendah," tuturnya.

Lebih jauh, Budi berharap kebijakan ini bisa membuat ekspor lebih lancar sekaligus meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.

"Kami berharap kepada Bapak/Ibu semua, ekspor kita tahun ini... Januari-Juli sudah meningkat bagus 8,03 persen. Jadi kita dalam kondisi ekonomi global yang seperti ini tapi ekspor kita tetap naik, surplus kita juga naik, dari USD16 miliar menjadi USD23 miliar bulan Januari sampai Juli ini," pungkasnya.