Sepanjang Tahun 2025, 379 Kasus HIV/AIDS Ditemukan di Kabupaten Pandeglang
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes Pandeglang, Dian Handayani. (Sumber : TB Agus Jamaludin).

Pandeglang, tvrijakartanews- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang mencatat, hingga September 2025, ada sebanyak 379 kasus HIV/AIDS ditemukan di Kabupaten Pandeglang. Namun jumlah tersebut baru mencapai 68,7 persen dari target Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menargetkan penemuan 552 Orang dengan Infeksi HIV (ODIHIV) di wilayah Kabupaten Pandeglang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes Pandeglang, Dian Handayani, mengatakan, penularan HIV/AIDS di Pandeglang tertinggi saat ini berasal dari hubungan seks sesama laki-laki (LSL).

“Banyak faktor penyebabnya, tapi yang tertinggi sekarang itu dari LSL atau laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki,” katanya kepada wartawan, Senin (20/10/2025).

Selain LSL, lanjut Dian, penularan HIV/AIDS di Pandeglang juga terjadi melalui prostitusi, pengguna narkoba suntik, serta penularan dari ibu ke anak, meski jumlahnya relatif kecil.

“Kalau penularan dari ibu ke anak itu sedikit sekali. Pengguna narkoba suntik juga sudah menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dulu memang banyak, tapi sekarang trennya menurun,” jelasnya.

Dian menyebut, dari total 379 kasus tersebut, 266 orang masih aktif menjalani pengobatan antiretroviral (ARV). Sebagian lainnya telah meninggal dunia atau tidak lagi menjalani kontrol pengobatan.

“Kasus itu akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya. Yang masih rutin berobat ada 266 orang,” ungkapnya.

Dian menegaskan, hubungan seksual berisiko menjadi penyebab terbesar penularan HIV, baik heteroseksual maupun homoseksual. Selain itu, jarum suntik tidak steril dan transfusi darah terkontaminasi juga dapat menularkan virus, meski risikonya kini menurun berkat proses skrining donor darah.

“Virus HIV bisa menular lewat hubungan seksual yang tidak aman, jarum suntik yang terkontaminasi, produk darah tercemar, atau dari ibu ke bayi saat hamil, melahirkan, dan menyusui,” pungkasnya.

Dian menjelaskan, gejala HIV bervariasi tergantung organ tubuh yang diserang. Beberapa penderita mengalami penyakit kulit, infeksi paru-paru seperti TBC, hingga penurunan berat badan ekstrem (wasting syndrome).

“Bisa ditandai dengan diare terus-menerus, bercak putih di lidah, atau infeksi jamur di mulut. Tapi tiap orang bisa berbeda,” ujarnya.

Saat ini, Dinkes Kabupaten Pandeglang memiliki tujuh fasilitas layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV/AIDS di Pandeglang, antara lain di Puskesmas Cadasari, Saketi, Labuan, Panimbang, RSUD Berkah Pandeglang, RS Aulia, serta RS Labuan yang sedang dirintis oleh Pemerintah Provinsi Banten.

Ia mengimbau masyarakat yang pernah melakukan perilaku berisiko, seperti seks bebas atau penggunaan narkoba suntik, agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

“Silakan periksa ke puskesmas atau layanan kesehatan. Kalau hasilnya positif, nanti akan dirujuk ke tujuh fasilitas pengobatan yang kami miliki,” imbau Dian.

“Sekarang tren penularan HIV/AIDS di Pandeglang bergeser. Kalau dulu dari narkoba suntik, sekarang banyak dari LSL. Ini harus jadi peringatan bagi kita semua,” tambahnya.