
Sejumlah produsen lokal peralatan makan menyampaikan aspirasi mereka terkait pemanfaatan produk dalam negeri untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN). Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews – Sejumlah produsen lokal peralatan makan menyampaikan aspirasi mereka terkait pemanfaatan produk dalam negeri untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN). Aspirasi itu terlihat melalui pengiriman karangan bunga ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kamis (13/10/2025), sebagai bentuk masukan agar implementasi program strategis tersebut semakin mengutamakan pemberdayaan industri nasional.
Para pelaku industri yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Wadah Makanan Indonesia (APMAKI) menilai kapasitas dan kualitas produsen food tray lokal telah memadai. Mereka menyebut mampu memproduksi hingga 11 juta tray per bulan, lengkap dengan standar SNI dan sertifikasi halal, sehingga siap mendukung pemenuhan kebutuhan MBG di seluruh Indonesia.
Di halaman Gedung Juanda I Kemenkeu, sejumlah karangan bunga berisi pesan dukungan, kritik, dan permintaan evaluasi terpampang. Salah satu pesan bertuliskan, “Selamat food tray China Berjaya, produsen food tray lokal jadi penonton,” ditandatangani seorang produsen bernama Rudi Santoso.
Pesan lainnya mencerminkan kekhawatiran pelaku industri terhadap dugaan dominasi produk impor di lapangan, meski pemerintah telah menegaskan bahwa MBG mendorong penggunaan produk dalam negeri.
Aspirasi serupa juga disampaikan oleh produsen lain, seperti “Hati kami produsen lokal terluka, merasa asing di tanah kelahiran sendiri” dan “Selamat menikmati food tray impor, kami produsen lokal sedang gulung tikar.” Pesan-pesan tersebut menandakan harapan agar pemerintah memperkuat sinergi dan komunikasi dengan industri nasional dalam pelaksanaan program MBG.
Para produsen lokal meminta agar Presiden Prabowo Subianto serta Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang juga berada dalam tim sinkronisasi MBG dapat memastikan seluruh rantai pasok MBG memaksimalkan penggunaan produk dalam negeri. Sebagian produsen bahkan menyertakan pesan langsung seperti, “Tolong Pak Presiden, katanya mau memberdayakan produk lokal tapi kok MBG pakai food tray impor.”
Selama ini pemerintah melalui BGN dan kementerian terkait telah menyampaikan bahwa seluruh elemen MBG—mulai dari bahan makanan hingga peralatan pendukung—diprioritaskan untuk produk lokal. Namun pelaku industri menilai implementasinya masih perlu diperkuat, terlebih setelah aparat kepolisian menemukan adanya dugaan peredaran food tray impor ilegal yang disalahgunakan sebagai produk MBG.
Penggerebekan gudang di kawasan Jakarta Utara baru-baru ini menemukan dugaan pemalsuan label SNI, label halal, asal produk, hingga logo BGN pada food tray yang diduga berasal dari China. Unsur pajak dan kerugian negara pun tengah didalami oleh pihak kepolisian. Temuan ini memperlihatkan perlunya peningkatan pengawasan agar produk ilegal tidak mencemari sistem distribusi MBG dan merugikan pelaku industri lokal.
Program MBG sendiri telah menunjukkan dampak besar bagi masyarakat dan perekonomian daerah. Sepanjang satu tahun berjalan, 1,4 miliar porsi makanan telah disalurkan melalui 12.508 Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) kepada 36,7 juta penerima manfaat. Program ini juga menciptakan 625.400 lapangan kerja baru serta melibatkan 18.895 UMKM, koperasi, dan BUMDes dalam ekosistem ekonomi MBG.
Dengan penyampaian aspirasi ini, para produsen berharap pemerintah terus memperkuat kolaborasi serta memastikan keberpihakan program strategis nasional terhadap industri dalam negeri, sejalan dengan visi besar pemberdayaan ekonomi rakyat.

