Studi: Polusi Udara Membuat Orang Semakin Malas
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: study finds (© meboonstudio – stock.adobe.com)

Jakarta, tvrijakartanews - Menurut studi baru yang dipublikasikan oleh study finds (15/01/2024), polusi udara membuat orang semakin malas. Para ilmuwan di Inggris berpendapat, tingkat aktivitas saat ini di negara tersebut menyebabkan tambahan 22 menit ketidakaktifan setiap hari.

Temuan mengejutkan ini muncul dari penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Universitas Leicester. Mereka mengamati bagaimana tingkat polusi mempengaruhi aktivitas fisik dan kecenderungan untuk tidak aktif. Penelitian mereka mengungkapkan bahwa paparan jangka panjang terhadap tingkat polusi udara saat ini menyebabkan peningkatan waktu yang dihabiskan untuk tidak melakukan aktivitas setiap hari. Dalam penelitian tersebut, peneliti mendefinisikan ketidakaktifan sebagai waktu yang dihabiskan untuk berbaring, duduk, berbaring, atau berdiri tanpa bergerak.

Dr. Jonathan Goldney dari Universitas Leicester, menurut pernyataan dari SWNS mengatakan bahwa polusi udara menjadi salah satu faktor penyebab penyakit kardiometabolik.

“Kami sudah menyadari bahwa polusi udara berkontribusi terhadap penyakit kardiometabolik dan pernafasan. Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2019 memperkirakan bahwa 99% populasi global menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi. Yang mengkhawatirkan adalah polusi udara mungkin juga mempengaruhi kemauan atau kemampuan masyarakat untuk berolahraga, dan kesenangan mereka dalam berolahraga. Hal ini dapat mendorong lebih banyak waktu dihabiskan di dalam ruangan dan lebih sedikit waktu untuk beraktivitas di luar ruangan, sehingga menciptakan lingkaran setan yang meningkatkan risiko penyakit kronis,” kata Dr. Goldney.

Berdasarkan laporan, tim peneliti menganalisis data dari 644 orang yang berisiko diabetes tipe 2 yang menjadi bagian dari program yang mendorong aktivitas fisik melalui berjalan kaki .

“Peserta memakai akselerometer di pinggang mereka selama tujuh hari berturut-turut, melacak aktivitas fisik dan periode tidak aktif mereka selama tiga tahun. Hal ini memberi kami peluang unik untuk mengamati tren jangka panjang,” lanjut Dr. Goldney.

Lebih lanjut, Dr. Goldney melaporkan studi ini membandingkan tingkat rata-rata tahunan polutan udara umum dengan perubahan tahunan pada waktu tidak aktif.

“Meskipun kami tidak menemukan hubungan antara polutan dan perubahan aktivitas fisik atau jumlah langkah, terdapat hubungan yang jelas dengan peningkatan ketidakaktifan. Misalnya, peningkatan konsentrasi nitrogen dioksida di atmosfer sebesar 1 μgm−3 berkorelasi dengan peningkatan waktu duduk sekitar 1,52 menit per hari setiap tahun. Dalam beberapa kasus, paparan nitrogen dioksida yang tinggi dikaitkan dengan ketidakaktifan ekstra hingga 22 menit per hari setiap tahunnya,” ujar Dr. Goldney.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of Public Health, menekankan perlunya mengurangi polusi udara demi manfaat kesehatan masyarakat.

“Jika polusi udara memang menjadi penyebab peningkatan ketidakaktifan ini, maka langkah-langkah seperti zona rendah emisi dapat berdampak signifikan pada perilaku menetap dan berdampak besar pada kesehatan masyarakat,” tutur Dr. Goldney.