Perubahan Iklim dapat Mengurangi Jangka Hidup Hingga Enam Bulan
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: pinterest.com

Jakarta, tvrijakartanews - Sebuah studi baru memperingatkan, perubahan iklim dapat mengurangi jangka hidup hingga enam bulan. Para ilmuwan, yang menganalisis data selama 80 tahun, menemukan korelasi antara perubahan suhu dan curah hujan dan penurunan rata-rata harapan hidup.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan dan individu di negara-negara berkembang terkena dampak perubahan iklim secara tidak proporsional. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan langsung antara angka harapan hidup dan dampak perubahan iklim, hubungan yang masih sulit dipahami meskipun banyak dokumentasi mengenai dampak langsung dan tidak langsung perubahan iklim, termasuk bencana alam dan penyakit pernafasan .

Dilansir dari study finds edisi (18/01/2024) tim peneliti dari Shahjalal University of Science and Technology (SUST) di Bangladesh dan New School for Social Research di Amerika Serikat, meneliti data dari 191 negara dari tahun 1940 hingga 2020. Mereka mempertimbangkan variabel-variabel seperti suhu rata-rata, curah hujan, dan PDB per kapita untuk memperhitungkan kesenjangan antar negara.

Dalam pendekatan yang inovatif, tim ini menciptakan indeks perubahan iklim yang menggabungkan data suhu dan curah hujan untuk menilai tingkat keparahan perubahan iklim secara keseluruhan. Temuan mereka mengungkapkan bahwa kenaikan suhu global hanya sebesar 1°C (0,5°C lebih rendah dari batas target Perjanjian Iklim Paris ) berkorelasi dengan penurunan harapan hidup rata-rata sekitar lima bulan satu minggu. Selain itu, peningkatan indeks perubahan iklim sebesar 10 poin diperkirakan akan menurunkan rata-rata harapan hidup hingga enam bulan.

Penulis penelitian ini berharap indeks perubahan iklim mereka akan menjadi alat universal bagi masyarakat non-ilmiah, yang menjadi standar diskusi global tentang perubahan iklim. Penelitian ini juga menemukan bahwa perubahan iklim secara tidak proporsional menurunkan angka harapan hidup perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Para peneliti mendesak negara-negara untuk segera mengambil tindakan guna menahan kenaikan suhu global dan melindungi kesehatan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.

Selain itu, tim peneliti menganjurkan untuk memprioritaskan pengurangan emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Mereka juga menyarankan penelitian lokal yang berfokus pada peristiwa cuaca buruk tertentu seperti kebakaran hutan, tsunami, dan banjir, yang tidak dapat sepenuhnya dipahami hanya melalui analisis suhu dan curah hujan.

“Upaya mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan kondisi sangat penting untuk meminimalkan risiko kesehatan yang terkait dengan perubahan iklim. Oleh karena itu, negara-negara harus segera mengambil inisiatif untuk menahan kenaikan suhu global dan melindungi kesehatan masyarakat yang berada di ambang perubahan iklim, dengan menekankan bahwa upaya mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan inisiatif proaktif sangat penting untuk menjaga harapan hidup dan melindungi bumi. kesehatan populasi di seluruh dunia,” tulis para peneliti dalam jurnal PLoS Climate.