Ilustrasi minyak dunia (freepik)
Jakarta, jakartanews - Harga minyak dunia kembali turun pada pembukaan perdagangan, Selasa (23/1/2024). Minyak dunia sulit menembus level di atas USD80 per barel.
Untuk harga minyak mentah WTI berjangka acuan Maret 2024 melemah 0,01 persen menjadi USD74,75 per barel. Harga minyak mentah Brent berjangka acuan Maret 2024 naik 0,20 persen ke level USD80 per barel.
Analis IG Tony Sycamore mengatakan saat ini produksi lebih tinggi dan prospek pertumbuhan di Tiongkok dan Eropa sangat beragam. Sedangkan data PDB minggu ini diperkirakan menunjukkan kecepatan ekonomi AS telah sangat lambat.
Sementara itu, Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan perekonomian AS akan tumbuh sebesar dua persen dalam tiga bulan terakhir 2023. Angka ini akan menandai penurunan substansial dari pertumbuhan sebesar 4,9 persen yang terlihat pada kuartal sebelumnya.
Secara keseluruhan, melemahnya permintaan dan melambatnya pertumbuhan ekonomi telah membuat harga minyak tidak melonjak karena perkembangan geopolitik.
Selain itu, harga minyak dunia berpeluang naik dengan intensifikasi perang Israel di Gaza, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, perkembangan baru di medan perang Rusia-Ukraina, dan berlanjutnya serangan terhadap pelayaran di Laut Merah.
Minggu ini terjadi beberapa pertempuran paling sengit di Gaza sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, dengan Israel menargetkan dua rumah sakit dan maju ke distrik pesisir di Gaza selatan.
Intensifikasi konflik mendorong kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan bahwa tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas di Gaza telah gagal dan satu-satunya jalan keluar dari konflik ini adalah kesepakatan damai yang melibatkan solusi dua negara.
Yang juga memberikan tekanan pada harga minyak adalah momentum baru dalam konflik Rusia-Ukraina, di mana serangan pesawat tak berawak terhadap terminal ekspor bahan bakar Rusia yang dijalankan oleh Novatek Rusia di Laut Baltik menyebabkan kebakaran yang menyebabkan penghentian operasi.
Namun, faktor fundamental masih membatasi kenaikan harga, dengan produksi minyak yang lebih tinggi dan prospek pertumbuhan yang beragam yang mengurangi dampak perkembangan geopolitik.