
Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan jumlah masyarakat yang terdaftar asuransi BPJS sudah mencapai 95 persen. Data tersebut, kata Jokowi, berdasarkan data yang diberikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kepadanya.
Dengan tingginya jumlah penggunaan BPJS itu, Jokowi mengklaim hanya Indonesia negara dengan populasi penduduk besar yang warganya ke rumah sakit tak bayar karena sudah ter-cover BPJS.
"Tadi sudah disampaikan oleh Pak Menteri Kesehatan, total yang memiliki kartu BPJS saat ini sudah 267 juta masyarakat Indonesia, sudah 95 persen lebih, tidak ada di dunia ini negara sebesar Indonesia yang masyarakatnya ke rumah sakit dan tidak dipungut biaya," ujar Jokowi saat melakukan silaturahmi dengan sejumlah penerima BPJS di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada Selasa, 23 Januari 2024.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan dari 267 juta kartu BPJS itu yang telah terbit, sebanyak 96 juta di antaranya dibayarkan oleh APBN. Jokowi mengatakan hal tersebut menjadi masalah karena membebani APBN.
"Nah, ini problem, karena semuanya gak kaya dulu, cuci darah bayar, berapa sekarang, Rp5 juta? Cuci darah bayar Rp5 juta. Padahal kan cuci darah itu 2 minggu harus (dilakukan), bayangkan betapa beratnya, atau sakit jantung. Berapa kalau masuk rumah sakit bayar sendiri? Itu bisa puluhan, bahkan ratusan juta," kata dia.
Jokowi menyebut akibat berobat tidak mengeluarkan uang, rumah sakit penuh. Ia mencontohkan Puskesmas di Grobogan yang penuh dan Rumah Sakit Umum Salatiga yang juga penuh. Oleh karena itu, Jokowi kemudian meminta kepada warga jangan sedikit-sedikit ke rumah sakit karena beranggapan sudah ada BPJS.
"Yang penting kita itu sehat, jangan sering sakit. Mentang-mentang punya KIS BPJS 'wah saya sakit saja'," kata dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu kemudian meminta warga menjaga kesehatannya. Terutama warga yang usianya sudah di atas 60 tahun. Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, rumah sakit saat ini penuh dengan pasien BPJS. Menurutnya, pasien harus mengantre sejak subuh untuk mendapatkan nomor.
"Jadi, yang ke rumah sakit skrg ini penuh sekali. Bahkan habis subuh sudah antre untuk mendapatkan nomor. Jadi, sekarang ini masyarakat sudah menyadari pentingnya kesehatan," kata dia.