
ilustrasi rupiah (freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) 80 poin atau 0,51 persen pada pembukaan perdagangan Kamis (25/1/2024). Penutupan kemarin, Rupiah mengalami penurunan cukup dalam.
Dikutip data bloomberg, rupiah turun 80 poin atau 0,51 persen di level Rp15.793 per dolar AS. Pada penutupan kemarin, mata uang garuda berada pada level Rp15.713 per dolar AS.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, greenback menandai awal yang kuat di 2024 karena data inflasi dan pasar tenaga kerja yang kuat membuat para pedagang sebagian besar mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed.
"Gagasan ini diperburuk oleh serangkaian komentar hawkish dari pejabat Fed selama seminggu terakhir," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Ibrahim mengatakan pelaku pasar sangat menantikan rilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) awal hari ini dan laporan Produk Domestik Bruto (PDB) yang akan dirilis besok.
"Indikator-indikator ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kesehatan perekonomian AS dan berpotensi memengaruhi sikap Federal Reserve terhadap kebijakan suku bunga," jelasnya.
Berdasarkan data FedWatch Tool CME, diperkirakan tidak ada perubahan langsung terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve pada pertemuan akhir Januari 2024.
Tanda-tanda ketahanan pertumbuhan ekonomi dan inflasi memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
"Data tersebut juga dikeluarkan hanya beberapa hari sebelum pertemuan pertama The Fed pada 2024, bank tersebut diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 23 tahun," tuturnya.
Optimis Ekonomi Indonesia Tumbuh
Menurut Ibrahim, para ekonom masih memegang optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 yang diprediksi sebesar 5,0 persen dan pada 2024 berada di kisaran 4,9 persen sampai 5,0 persen.
Terdapat lima sektor yang menjadi pendorong perekonomian di 2023 sebesar 5,0 persen, yakni sektor industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, dan konstruksi yang membentuk dua pertiga dari PDB.
Meski demikian, dari lima sektor tersebut, sektor perdagangan mengalami pelemahan. Kemudian, sektor lainnya masih cukup resilien termasuk pertanian, pertambangan, dan manufaktur.
"Memang ada beberapa di luar lima sektor ini yang perlambatannya cukup signifikan terutama di 2023 dan 2024, misalnya di sektor transportasi," terang Ibrahim.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2023 berada pada level 4,94 persen secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023 secara tahunan (yoy) menurut lapangan usaha, didorong oleh sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 14,74 persen, jasa lainnya 11,14 persen, dan akomodasi makanan minuman 10,90 persen.
Sementara, menurut pengeluaran pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal III-2023, didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,06 persen, PMTB 5,77 persen, dan konsumsi LNPRT 6,21 persen.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.700 per USD hingga Rp15.750 per USD," imnbuhnya.

