
Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menyebut debat keempat pilpres bakal menjadi penentu apakah Pilpres 2024 berjalan satu putaran atau dua putaran. Sebab, kata Budiman, debat pada 4 Februari 2024 bakal menjadi kesempatan terakhir bagi Prabowo-Gibran meyakinkan suara swing voters.
Saat ini, elektabilitas Prabowo-Gibran berada di angka 45-47 persen. Artinya, kata Budiman, pihaknya tinggal mendapatkan sekitar 5 persen suara lagi agar bisa memenangkan Pilpres 2024 satu putaran.
"Mudah-mudahan debat terakhir akan (jadi) penentu," kata Budiman di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat, 26 Januari 2024.
Budiman mengatakan pihaknya sudah merancang sejumlah cara agar Prabowo bisa menggaet suara swing voters di Pilpres 2024. Namun, dia enggan membocorkan strategi yang disebutnya sebagai "rahasia dapur".
Namun, Budiman memastikan pihaknya tidak hanya ingin menang 50 persen plus satu, tapi menang dengan selisih tebal dari para pesaingnya.
"Sudah kami hitung angka itu dan balik lagi, kami mentargetkan kalau bisa lebih dari angka itu ya. Kami tidak ingin sekedar obsesi sekali putaran, kami bahkan (tidak hanya ingin) 50 persen plus satu suara, tidak. Kami ingin ada satu mandat tebalnya margin," kata Budiman.
Sebut Elektabilitas Prabowo Tembus 50 Persen
Dalam kesempatan itu, Budiman juga menyampaikan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sudah mencapai 50 persen pada survei yang digelar oleh media asing, The Economist. Dengan modal tersebut, ia semakin yakin Prabowo-Gibran menang satu putaran.
"Majalah itu adalah majalah prestigious di Inggris, terkenal di dunia juga yang mengatakan bahwa pasangan Pak Prabowo-Gibran ini 50 persen dan kalau kita lihat sisanya itu, kalau digabungkan, ya kurang dari 50 persen. Sehingga, menurut saya boleh lah kami mengatakan jalan menuju sekali putaran itu makin terbuka lebar," kata Budiman.
Survei The Economist was ini berlangsung dari awal Januari 2023 hingga 16 Januari 2024. Survei itu menggambarkan tren elektabilitas para kandidat Pilpres 2024 pada periode tersebut.
Media asal Inggris tersebut menyebut bahwa Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum sebagai negara demokrasi terbesar ketiga tahun ini. Masyarakat nantinya akan memutuskan penerus Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut update terakhir dari The Economist pada tanggal 16 Januari 2024, Prabowo Subianto mendominasi survei dengan perolehan elektabilitas mencapai 50 persen. Angka ini menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra itu di urutan teratas.
Di posisi kedua, terdapat capres nomor urut 03, Ganjar Pranowo dengan 23 persen. Lalu tepat di belakangnya terdapat Anies Baswedan dengan elektabilitas 21 persen.
Selain itu, survei yang berlangsung sejak Januari 2023 juga menunjukkan tren yang menarik. Prabowo Subianto awalnya hanya memiliki dukungan sebesar 24 persen pada Januari 2023 dan berada pada posisi yang setara dengan Anies Baswedan.
Namun, sepanjang tahun dukungan untuk Prabowo mengalami peningkatan yang cukup konsisten dan puncaknya mencapai pada angka 50 persen di Januari 2024. Hal ini menandakan adanya pergeseran signifikan dalam preferensi pemilih.
Di sisi lain, Ganjar Pranowo yang di awal Januari 2023 memulai dengan angka yang mengesankan sebesar 36 persen mengalami penurunan menjadi 23 persen pada Januari 2024. Hal ini menunjukkan meskipun di awal mantan Gubernur Jawa Tengah itu memiliki elektabilitas yang kuat, dinamika politik dan faktor lain telah memberi pengaruh pada penurunannya.
Sementara itu, Anies Baswedan yang di awal Januari 2023 memiliki elektabilitas dengan angka 24 persen dan mengalami sedikit penurunan menjadi 21 persen pada Januari 2024. Menurut data survei The Economist ini, ada potensi signifikan bagi pasangan Prabowo-Gibran untuk memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran.

