Klaim Kubu Prabowo-Gibran Tak Curang di Pilpres, TKN: Elektabilitas Kami Sudah Unggul
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman. Foto M Julnis Firmansyah

Jakarta, tvrijakartanews - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman menyatakan pihaknya tidak pernah kepikiran untuk melakukan kecurangan pada Pilpres 2024. Sebab, menurut mereka elektabilitas Paslon 02 sudah sangat tinggi dibanding dua paslon lainnya.

Menurut hasil sigi terbaru, Habiburokhman mengklaim elektabilitas Prabowo-Gibran sudah mencapai 58 persen dalam simulasi Pilpres 2024 satu putaran atau dua putaran.

"Jadi telak sekali, jauh sekali keunggulan kami. Sehingga kalau sampai ada bagian dari kami yang terpikir ingin membantu pemenangan Prabowo-Gibran dengan melakukan kecurangan misalnya, yang ada justru perbuatan yang tidak baik tersebut itu akan menggagalkan kemenangan Pak Prabowo dan Mas Gibran yang sudah ada di depan mata," kata Habiburokhman di Media Center TKN, Jakarta Selatan, Senin, 29 Januari 2024.

Habiburokhman menyatakan pihaknya tidak akan membalas kecurangan dengan kecurangan. Isu yang ingin TKN angkat, kata dia, harus melakukan kampanye yang edukatif, positif, dan tidak menjelek-jelekkan pihak lain.

"Jadi enggak ada untungnya (berbuat curang), kalau mau dukung, mau bantu Prabowo-Gibran, ya cari pemilih banyak-banyaknya, yakinkan pemilih banyak-banyak untuk mendukung Pak Prabowo-Gibran," kata politikus Partai Gerindra.

Klaim Temukan Dua Kecurangan

Sebelumnya, Habiburokhman menjelaskan pihaknya menemukan dua potensi kecurangan Pemilu 2024 yang bakal merugikan Paslon 02. Ia menyebut kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif itu terjadi di dua daerah di Indonesia.

Temuan pertama, kata Habiburokhman, pihaknya temukan sekitar minggu ketiga Januari 2024. Dari informasi yang diterima, ada petinggi parpol yang mengumpulkan penyelenggara pemilu di sebuah hotel.

"Dalam pertemuan tersebut dibahas bahwa kondisi lapangan Pilpres tidak menguntungkan koalisi partai tersebut, mereka dalam posisi tertinggal dari Prabowo Gibran. Begitu juga untuk Pileg DPR RI disebutkan bahwa partai mereka dalam posisi tertinggal," kata dia.

Dalam pertemuan itu, Habiburokhman mengatakan ketua umum parpol tersebut bakal melakukan kecurangan dengan cara merusak surat suara pemilih Prabowo-Gibran, DPR RI Nasdem, Gerindra, dan PKS. Perusakan itu dilakukan dengan cara mencoblos surat suara yang sudah dicoblos pemilih saat sedang melakukan penghitungan hasil pemilihan di TPS.

"Saat ini kami terus mengumpulkan informasi dan bukti-bukti terkait kasus ini, kami meminta kepada Bawaslu untuk bersikap proaktif dalam kasus ini," kata Habiburokhman.

Temuan dugaan kecurangan kedua, terjadi pada 22 Januari 2024 saat KPU Kabupaten Jember, Jawa Timur mengadakan acara Rapat Koordinasi dan Traiining of Trainer (ToT) kepada Petugas Pemilih Kecamatan (PPK) dan Petugas Pemungutan Suara (PPS) se-Kabupaten Jember di Hotel Cempaka. Pada acara tersebut, kata Habiburokhman, diduga ada sejumlah penyelenggara pemilu secara terang-terangan menunjukkan gestur dan simbol dukungan kepada capres tertentu.

"Kami mendapatkan sejumlah foto dan video terkait kasus tersebut. Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah dua provinsi yang jumlah pemilihnya sangat banyak dan selama ini selalau menjadi penentu kemenangan bagi pemenang Pemilu," kata dia.

"Kalau di dua daerah ini terjadi kecurangan yang TSM maka kami khawatir akan sangat berpengaruh secara nasional. Kami serukan kepada masyarakat untuk mewaspadai segala bentuk kecurangan," lanjut Habiburokhman.

Atas temuan dua potensi kecurangan tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menyatakan masih mengumpulkan bukti dan melaporkannya ke pihak Bawaslu pada Selasa depan. Ia berharap lembaga tersebut melakukan pengawasan secara ketat dan menindak petugas KPU yang diduga tidak netral tersebut.

"Kami enggak akan menuduh (siapa pelakunya), tapi kami menyampaikan bukti-bukti dan fakta-faktanya. Nanti biarkan saja Bawaslu atau DKPP yang bekerja untuk mencari siapa yang melakukannya. Mereka punya perangkat untuk untuk informasi itu," kata Habiburokhman.