
Rupiah ilustrasi (freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 15 poin atau 0,09 persen pada penutupan perdagangan, awal pekan ini.
Dikutip data Bloomberg, Senin (29/1/2024), rupiah menguat 15 poin atau 0,09 persen ke level Rp15.810 per dolar AS.
Sedangkan data Yahoo Finance menyampaikan rupiah menguata 9 poin atau (0,05 persen) di level Rp15.805 per dolar AS. Sebelumnya sebesar Rp15.825 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Volume memudar pada sore hari awal pekan dan ketika investor bersiap minggu depan untuk serangkaian data ekonomi penting AS. Seperti data non-farm payrolls untuk bulan Januari dan peristiwa penting yang dipimpin oleh pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan pengumuman pengembalian dana Departemen Keuangan.
"Laporan terakhir ini akan menguraikan persyaratan pinjaman pemerintah AS untuk kuartal mendatang. Data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) meningkat 0,2 persen bulan lalu setelah penurunan 0,1 persen yang tidak direvisi pada bulan November," kata Ibrahim pada keterangan tertulis di Jakarta, Senin (29/1/2024).
Ibrahim mengatakan dalam 12 bulan hingga Desember, indeks harga PCE meningkat 2,6%, menyamai kenaikan bulan November yang belum direvisi.
"Angka-angka tersebut sesuai dengan ekspektasi konsensus. Tingkat inflasi tahunan berada di bawah 3 persen selama tiga bulan berturut-turut," tuturnya.
Menurutnya, pasca data inflasi, pasar berjangka suku bunga AS memperhitungkan peluang pelonggaran sekitar 47 persen pada pertemuan bulan Maret, turun dari probabilitas 51 persen pada Kamis malam, dan peluang 80 persen yang diperhitungkan pada dua minggu lalu, menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG.
Pasar sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pertama yang akan terjadi pada pertemuan bulan Mei, dengan probabilitas sekitar 90%, turun sedikit dari Kamis malam, yaitu sebesar 94 persen.
"Sekitar lima penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin telah diperkirakan pada tahun ini," ucapnya.
Ekonomi Indonesia Diramalkan Semakin Tinggi
Ibrahim menambahkan pemerintah juga mengaminin para ekonomi, yang tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 mampu mencapai di atas 5 persen.
"Demikian juga dengan tahun ini,perekonomian Indonesia diramal akan semakin tinggi dan jauh dari kata resesi, walaupun gejolak geopolitik terus memanas," tambahnya.
Pada kuartal ketiga 2023 perekonomian memang masih di bawah 5 persen, yakni 4,94 persen. Namun, jika dilihat dari sejumlah indikator, pada akhir tahun atau kuartal keempat 2023 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai di atas 5 persen. Hal tersebut bisa dilihat dari indikator makroekonomi, Optimisme tersebut, tercermin dari laju inflasi yang makin melandai.
Pada Desember 2023 inflasi sebesar 2,61 persen, berada di kisaran target yang ditetapkan pemerintah 2,5±1 persen. Kemudian, rasio utang di tahun 2023 semakin membaik di kisaran 38,7 persen. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2021 dan 2022.
Dari sisi neraca perdagangan juga masih mencetak surplus meski terjadi menurunan dibandingkan 2022. Penurunan ini terjadi salah satunya karena harga komoditas yang mengalami penurunan.
"Di mana neraca perdagangan RI surplus 40 bulan berturut-turut, meskipun di 2023 menurun dibandingkan 2022 menjadi USD36,9 miliar dari sebelumnya USD54 miliar," imbuhnya.

