Bau atau Aroma Khas yang Keluar dari Mulut dapat Menunjukkan Seberapa Sehat Seseorang
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: Freepik

Jakarta, tvrijakartanews - Ratusan bahan kimia mengalir dari tubuh dan dilepaskan ke udara setiap detik. Bahan kimia ini mudah lepas ke udara karena memiliki tekanan uap yang tinggi, artinya bahan tersebut mendidih dan berubah menjadi gas pada suhu kamar. Bau atau aroma yang ditimbulkan memberikan petunjuk tentang seberapa sehat tubuh seseorang.

Bau atau aroma orang yang sedang tidak sehat berbeda-beda. Meskipun saat ini orang mengandalkan analisis darah, dokter Yunani kuno menggunakan bau untuk mendiagnosis penyakit. Jika mereka mencium bau napas seseorang dan menggambarkannya sebagai fetor hepaticus (yang berarti hati yang buruk), itu berarti orang tersebut mungkin mengalami gagal hati.

Ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa orang-orang Yunani kuno benar dalam mendiagnosa penyakit melalui bau atau aroma khas yang keluar dari mulut pasien, misalnya penyakit gagal hati, diabetes, dan banyak penyakit lainnya termasuk penyakit menular. Jika aroma seseorang manis atau berbau buah, dokter mengira ini berarti gula dalam sistem pencernaan tidak dipecah, dan orang tersebut mungkin menderita diabetes.

Melansir study find edisi (10/02/2024) pada tahun 1971, ahli kimia peraih Nobel Linus Pauling menghitung ada 250 bahan kimia gas berbeda yang terhirup. Bahan kimia berbentuk gas ini disebut volatile organic compounds atau VOC. Sejak penemuan Pauling, ilmuwan lain telah menemukan ratusan VOC lainnya dalam napas manusia. Banyak dari VOC ini mempunyai bau yang khas, namun ada pula yang tidak dapat dicium oleh hidung manusia. Para ilmuwan percaya bahwa VOC memiliki bau yang dapat dideteksi oleh hidung manusia dan dapat mengungkapkan informasi tentang seberapa sehat seseorang.

Sebagai contoh, penyakit Parkinson yang diderita seorang pria Skotlandia diidentifikasi oleh istrinya, pensiunan perawat Joy Milner, setelah dia yakin cara penciumannya telah berubah, bertahun-tahun sebelum dia didiagnosis pada tahun 2005. Penemuan ini mengarah pada program penelitian yang melibatkan Joy Milner untuk mengidentifikasi penyakit Parkinson yang tepat.

Anjing dapat mengendus lebih banyak bau penyakit dibandingkan manusia karena bakat penciumannya yang lebih canggih. Namun teknik teknologi, seperti spektrometri massa alat analisis, mendeteksi perubahan yang lebih halus pada profil VOC yang dikaitkan dengan penyakit usus, kulit, dan pernapasan, serta penyakit saraf seperti Parkinson. Para peneliti percaya bahwa suatu hari nanti beberapa penyakit akan didiagnosis hanya dengan menghirup alat tersebut.

Dari mana VOC berasal?

Napas bukanlah satu-satunya sumber VOC di dalam tubuh. Mereka juga dikeluarkan dari kulit, urin dan feses. VOC dari kulit adalah hasil jutaan kelenjar kulit yang membuang sisa metabolisme dari tubuh, serta limbah yang dihasilkan oleh bakteri dan mikroba lain yang hidup di kulit manusia. Berkeringat menghasilkan nutrisi tambahan untuk dimetabolisme oleh bakteri ini yang dapat menghasilkan VOC yang sangat berbau. Bau keringat hanya merupakan sebagian kecil dari bau VOC. Kulit manusia dan juga mikrobioma usus terdiri dari keseimbangan mikroba ini. Para ilmuwan berpikir hal ini mempengaruhi kesehatan seseorang, namun orang-orang belum memahami banyak tentang bagaimana hubungan ini bekerja.

Para ilmuwan berpendapat VOC kulit dapat memberikan wawasan tentang bagaimana bakteri mikrobioma dan tubuh manusia bekerja sama untuk menjaga kesehatan dan melindungi seseorang dari penyakit.

VOC ini tidak hanya bertanggung jawab atas aroma pribadi, namun juga digunakan oleh tumbuhan, serangga, dan hewan sebagai saluran komunikasi. Tumbuhan terus-menerus berdialog VOC dengan organisme lain termasuk penyerbuk, herbivora, tumbuhan lain, dan musuh alaminya seperti bakteri dan serangga berbahaya. VOC yang digunakan untuk dialog bolak-balik ini dikenal sebagai feromon.

Apa yang telah ditunjukkan ilmu pengetahuan tentang feromon cinta?

Di dunia hewan, terdapat bukti bagus bahwa VOC dapat bertindak sebagai afrodisiak. Tikus, misalnya, memiliki mikroba yang berkontribusi terhadap senyawa berbau yang disebut trimetilamina, yang memungkinkan tikus memverifikasi spesies calon pasangannya. Babi dan gajah juga memiliki feromon seks.

Ada kemungkinan bahwa manusia juga menghasilkan VOC untuk menarik pasangan yang sempurna. Para ilmuwan belum sepenuhnya memecahkan kode kulit atau VOC lain yang dilepaskan dari tubuh manusia. Namun, bukti feromon cinta manusia sejauh ini masih kontroversial.