
Foto: Ifl Science/National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID)
Jakarta, tvrijakartanews - Seseorang di Alaska dilaporkan meninggal setelah terserang virus langka yang dikenal sebagai Alaskapox. Kasus fatal terjadi pada seorang pria lanjut usia dengan sistem kekebalan tubuh lemah yang tinggal di Semenanjung Kenai di Alaska Tengah Selatan.
Menurut buletin dari Departemen Kesehatan Alaska, pria tersebut pertama kali mencari pertolongan medis pada pertengahan September 2023 setelah melihat adanya papula merah di bawah lengan kanannya. Selama 6 minggu berikutnya, ia mengunjungi unit gawat darurat beberapa kali untuk evaluasi klinis lesinya dan diberi resep beberapa antibiotik, namun kondisinya semakin memburuk.
Setelah terus mengalami kelelahan dan rasa sakit yang semakin meningkat di bahunya, ia dirawat di rumah sakit di Anchorage pada tanggal 17 November. Saat mencoba mendiagnosis penyakit misterius tersebut, usapan lesi diserahkan ke Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dan ternyata ia menderita penyakit tersebut terinfeksi Alaskapox virus (AKPV).
Melansir dari ifl science edisi (14/02/2024) pasien dengan gangguan sistem kekebalan meninggal karena komplikasi infeksi pada akhir Januari 2024. Beberapa petunjuk mungkin menunjukkan bagaimana pria tersebut terinfeksi Alaskapox. Pria tersebut tinggal sendirian di kawasan hutan, tidak melaporkan perjalanan baru-baru ini, dan tidak memiliki kontak dekat dengan perjalanan baru-baru ini, penyakit, atau lesi serupa.
Penelitian yang dilakukan oleh CDC menunjukkan bahwa AKPV terdapat pada setidaknya empat spesies mamalia kecil berbeda yang hidup di negara bagian tersebut, termasuk tikus dan tikus punggung merah. Sebelum kematiannya, ia mengabarkan merawat seekor kucing liar di kediamannya yang rutin berburu mamalia kecil. Dia juga mengatakan kucing itu sering mencakarnya, termasuk satu cakaran di dekat bahu kanannya sebulan sebelum ruamnya muncul.
Apa itu cacar Alaska?
Alaskapox adalah virus yang pertama kali didokumentasikan pada tahun 2015 pada seorang wanita yang tinggal dekat Fairbanks di Alaska, AS. Itu bagian dari genus Orthopoxvirus, yang mencakup beberapa spesies virus yang dapat menyebabkan penyakit lain pada manusia seperti cacar, cacar sapi, cacar kuda, camelpox, dan mpox .
Sebelum kasus fatal terbaru ini, enam infeksi AKPV telah dilaporkan ke Bagian Epidemiologi Alaska, per Desember 2023. Semua infeksi yang dilaporkan ini terjadi pada penduduk di wilayah Fairbanks, yang jaraknya cukup jauh dari Semenanjung Kenai. Untungnya, semua kasus berhasil pulih sepenuhnya. Gejala penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya berupa ruam kulit lokal dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Gejala Cacar Alaska
Gejala khas Alaskapox termasuk lesi kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, dan nyeri sendi atau otot, menurut Negara Bagian Alaska. Mereka menambahkan bahwa orang yang terkena infeksi sering salah mengira lesi kulit sebagai gigitan serangga.
Bisakah penderita Alaskapox menulari orang lain?
Saat ini, belum ada bukti bahwa virus Alaskapox dapat menular dari orang ke orang. Virus Alaskapox terutama terjadi pada mamalia kecil. Meskipun otoritas kesehatan tidak sepenuhnya yakin bagaimana virus ini menyebar dari hewan ke manusia, terbukti bahwa banyak orang yang mengidap penyakit ini melakukan kontak dengan mamalia kecil atau lingkungan alami tempat tinggal hewan liar.
Apa yang harus saya lakukan jika saya merasa terkena Alaskapox?
Jika seseorang curiga terkena infeksi Alaskapox, orang tersebut harus berhati-hati agar lesi tetap tertutup dan jangan menyentuhnya. Masyarakat juga harus mencari pertolongan medis sesegera mungkin.
Meskipun demikian, masyarakat di Indonesia tidak perlu khawatir, namun diminta untuk tetap waspada melakukan kontak dengan mamalia kecil atau lingkungan alami tempat tinggal hewan liar. Jika mengalami gejala, diharapkan segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan terdekat.

