Rupiah Melemah 27 Poin terhadap Dolar AS
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ilustrasi rupiah. (tvrijakartanews/ John Abimanyu)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 27 poin atau 0,17 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah dipicu pada data indeks harga PCE ukuran inflasi pilihan The Fed, yang akan dirilis hari ini.

Dikutip Bloomberg, rupiah 27 poin atau 0,17 persen di level Rp15.719 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah melemah 31 poin atau 0,19 persen di level Rp15.710 per dolar AS.

"Angka tersebut diperkirakan akan menegaskan kembali bahwa inflasi AS masih stabil di bulan Januari, terutama menyusul angka inflasi konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan tersebut," kata Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Ibrahim mengatakan angka tersebut juga muncul setelah pejabat Fed John Williams dan Raphael Bostic mengatakan bank sentral perlu melakukan lebih banyak upaya untuk mencapai inflasi guna memenuhi target bank sebesar 2 persen.

"Komentar mereka, yang muncul setelah serangkaian peringatan serupa dari pejabat lain, menambah keraguan atas ekspektasi bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada awal tahun 2024," tuturnya.

Selain itu, kata Ibrahim, anggota BOJ Hajime Takata mengatakan pada hari Kamis bahwa bank sentral harus mempertimbangkan jalan keluar dari kebijakan ultra-longgarnya.

"Takata menyerukan diakhirinya pengendalian kurva imbal hasil dan suku bunga negatif BOJ, dengan alasan kemajuan dalam mencapai target inflasi bank sentral sebesar 2 persen," ucapnya.

Menurutnya, komentar Takata memicu spekulasi bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga secepatnya pada bulan April – sebuah gagasan yang sudah ada setelah data inflasi indeks harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan dirilis awal pekan ini.

Namun data perekonomian lainnya untuk bulan Januari khususnya penjualan ritel dan produksi industri masih memberikan gambaran yang moderat mengenai perekonomian Jepang, yang secara tak terduga telah jatuh ke dalam resesi pada kuartal keempat. Kelemahan ekonomi berpotensi menunda tindakan awal BOJ.

Inflasi Fabruari Diperkirakan Meningkat

Ibrahim menjelaskan inflasi pada Februari 2024 diperkirakan meningkat, baik secara tahunan maupun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi Februari 2024 diperkirakan akan mencapai 0,24 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) atau 2,62 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 0,04 persen mtm atau 2,57 persen yoy.

"Inflasi pada periode tersebut akan didorong oleh inflasi pada komponen inti dan harga bergejolak (volatile food). Inflasi inti diperkirakan akan mencapai 1,7 persen yoy, meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,68 persen yoy," tambahnya.

Sementara itu, Ibrahim menuturkan inflasi harga bergejolak akan dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan kebutuhan pokok, diantaranya harga beras yang naik 3,8 persen mtm, cabai merah 11,3 persen mtm, telur 1,7 persen mtm, daging ayam 0,7 persen mtm, dan minyak goreng 0,6 persen mtm.

"Sedangkan sebagian komoditas pangan terutama beras masih dipengaruhi oleh fenomena El Nino, yang mengurangi pasokan pangan dalam negeri selama periode akhir menjelang musim panen," paparnya.

Selain itu, menurutnya, kebijakan impor juga agak terhambat oleh beberapa negara produsen beras lainnya yang menerapkan pembatasan ekspor makanan. Cuaca ekstrem pun mengganggu jalur distribusi pangan.

Di sisi lain, Inflasi inti yang cenderung stabil hingga Februari 2024 mengindikasikan ekspektasi inflasi terjangkar dengan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini. Namun, inflasi umum pada akhir 2024 diperkirakan akan berkisar 3,0-3,5 persen yoy.