
Foto: Shutterstock/Rostislav_Sedlacek
Jakarta, tvrijakartanews - Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia atau sekitar 1 dari 8 mengalami obesitas, menjadikannya bentuk malnutrisi paling umum di hampir setiap negara. Antara tahun 1990 dan 2022, tingkat obesitas meningkat dua kali lipat pada orang dewasa dan empat kali lipat pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia seperti dilansir dari New Scientist.
Francesco Branca dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan rekan-rekannya mengumpulkan data dari lebih dari 3600 penelitian yang diterbitkan selama 35 tahun terakhir untuk memahami bagaimana tingkat obesitas telah berubah antara tahun 1990 dan 2022. Penelitian tersebut melibatkan hampir 230 juta orang di 197 negara. Para peneliti kemudian menghitung indeks massa tubuh (BMI) peserta, skor berdasarkan tinggi dan berat badan untuk memperkirakan bagaimana tingkat obesitas berubah seiring waktu.
Selama periode penelitian, prevalensi global obesitas meningkat dua kali lipat pada orang dewasa berusia 20 tahun ke atas, dan meningkat empat kali lipat pada anak-anak dan remaja berusia antara 5 dan 19 tahun. Pada tahun 2022, tingkat obesitas di kalangan perempuan dan anak perempuan telah meningkat di sekitar 93% negara. Hal yang sama juga terjadi pada anak laki-laki di semua negara, kecuali di lima negara. Hanya negara Perancis yang tidak mengalami peningkatan angka obesitas pada pria.
Menurut laporan penelitian, tingkat obesitas orang dewasa meningkat paling tinggi di negara-negara Karibia, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Sementara itu, peningkatan obesitas terbesar pada anak dan remaja terjadi di Brunei, Chili, dan negara kepulauan di Polinesia, Mikronesia, dan Karibia.
Majid Ezzati dari Imperial College London, salah satu penulis senior studi tersebut dalam siaran persnya mengatakan Obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, kanker tertentu, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
“Sangat memprihatinkan bahwa epidemi obesitas yang terjadi di kalangan orang dewasa di sebagian besar dunia pada tahun 1990 kini tercermin pada anak-anak usia sekolah dan remaja,” kata Majid.
Lebih lanjut, para peneliti percaya bahwa makanan olahan yang tinggi kalori dan gula adalah salah satu penyebab meningkatnya angka obesitas karena makanan tersebut semakin banyak tersedia di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Namun, fokus pada perilaku individu seperti pola makan dan olahraga telah dan akan terus berdampak kecil terhadap prevalensi obesitas, catat mereka. Untuk benar-benar mencegah dan mengelola obesitas, pemerintah di seluruh dunia harus menerapkan kebijakan untuk menjadikan makanan sehat dan aktivitas fisik lebih mudah diakses dan terjangkau, kata Branca dalam siaran persnya.

