
Foto: Science (INSTITUT NASIONAL ALERGI DAN PENYAKIT MENULAR)
Jakarta, tvrijakartanews - Lebih dari satu dekade yang lalu, seorang bayi di “Mississippi” yang dites positif HIV saat lahir, langung mulai menerima antiretroviral treatment (ART). Ketika seorang dokter anak menemui anak perempuan itu sesaat sebelum ulang tahunnya yang kedua, dia sudah tidak lagi mengonsumsi obat-obatan. Dokter mendapati tidak ada virus yang terdeteksi pada tes standar. Kasus tersebut sempat menjadi berita internasional tentang strategi potensial untuk menyembuhkan infeksi HIV.
Dokter anak Deborah Persaud dari Johns Hopkins Children's Center memimpin tim yang melaporkan kasus bayi di Mississippi. Dalam suatu pertemuan, dia menggambarkan keberhasilan serupa yang dialami empat anak lainnya. Ternyata, tidak ada seorang pun yang mengklaim bahwa anak-anak tersebut telah sembuh begitu juga dengan bayi Mississippi. Namun temuan ini meningkatkan harapan bahwa beberapa bayi yang terlahir dengan virus ini mungkin mendapat manfaat dari pendekatan ini, dan bahwa mempelajari darah mereka secara cermat dari waktu ke waktu dapat memberi masukan bagi strategi penyembuhan bagi anak-anak yang lebih tua maupun orang dewasa.
Dalam Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections (CROI), pertemuan tahunan HIV/AIDS terbesar yang diadakan di Amerika Serikat, Persaud menjelaskan bagaimana timnya memantau 54 bayi baru lahir yang terinfeksi dari 11 negara yang mulai menerima obat anti-HIV standar dalam waktu 2 hari setelah lahir. Enam dari anak-anak tersebut, semuanya tinggal di negara-negara Afrika sub-Sahara, memiliki respons terbaik terhadap obat HIV. Semuanya tidak memiliki virus yang terdeteksi setidaknya selama 4 tahun, dan setelah berkonsultasi dengan dokter, orang tua atau wali mereka setuju untuk menghentikan penggunaan obat tersebut.
Virus kembali muncul dalam beberapa minggu setelahnya seperti biasanya. Anak-anak itu kembali menjalani pengobatan dan baik-baik saja. Namun empat dari anak-anak tersebut masih dalam tahap remisi yang didefinisikan sebagai tidak adanya virus yang terdeteksi melalui tes yang paling sensitif selama setidaknya 48 minggu. Salah satunya tetap dalam masa remisi selama 80 minggu sebelum tanda-tanda virus kembali terdeteksi dan anak tersebut kembali diberikan obat-obatan.
Dokter anak George Siberry, kepala petugas medis di Badan Pembangunan Internasional AS cabang HIV/AIDS mengatakan ini adalah pengubah permainan dan mereka yang berada di lapangan terkesan.
“Ini adalah pertama kalinya melalui pendekatan terencana para peneliti menunjukkan bahwa anak-anak dapat berhenti menggunakan ART dan tetap bebas virus,” kata dokter George.
Persaud menekankan bahwa timnya tidak mengklaim hasil ini sebagai obat, namun mengaku ini adalah bukti konsep bahwa terapi dini pada bayi Mississippi tidak hanya dilakukan sekali saja.
Berapa banyak bayi lahir setiap tahun yang terinfeksi HIV?
Pada tahun 2023, , menurut Program PBB untuk HIV/AIDS diperkirakan 130.000 bayi di seluruh dunia lahir dengan virus ini. Kasus penularan HIV dari ibu ke anak menurun drastis karena munculnya obat ART. Orang hamil yang mengidap HIV dan memakai ART yang dapat menekan virus sepenuhnya, jarang sekali menularkan ke bayinya. Obat-obatan yang sama, meskipun hanya diberikan saat seseorang dalam proses persalinan dan kemudian diberikan kepada bayi setelah lahir, dapat mencegah banyak infeksi bayi baru lahir lainnya. Namun, beberapa orang hamil tidak tahu bahwa mereka terinfeksi atau tidak dapat mengakses obat-obatan tersebut.
Apa yang terjadi dengan bayi Mississippi?
Bayi tersebut memulai pengobatan pada 31 jam setelah lahir, namun, karena alasan yang tidak jelas, berhenti menerima obat pada usia 18 bulan. Tiga bulan kemudian, seorang dokter anak di Mississippi memeriksa bayi tersebut dan menemukan bahwa bayi tersebut tidak memiliki antibodi terhadap HIV atau bukti adanya virus pada tes standar. Tim Persaud mempelajari sampel darah dan hanya menemukan jejak genetik virus di jaringan tertentu, daerah yang disebut sebagai reservoir HIV. Pada saat itu, bayi asal Mississippi ini merupakan orang kedua yang berhasil disembuhkan setelah orang pertama yaitu seorang dewasa penderita leukemia, yang menerima transplantasi sel sumsum tulang yang sangat resisten terhadap infeksi HIV. Namun setelah 27 bulan mendapatkan remisi tanpa ART, para peneliti tidak lagi menggunakan kata “menyembuhkan” virus tersebut kembali menyerang anak tersebut . “Dia baik-baik saja, namun masih menjalani pengobatan antiretroviral,” kata Persaud.
Mengapa virus itu akhirnya kembali lagi?
HIV menginfeksi sel darah putih CD4 dan menjalin salinan DNA dari gennya (provirus) ke dalam kromosom manusia. ART bekerja sangat kuat sehingga hampir mematikan kemampuan gen virus yang terintegrasi untuk membuat HIV baru, namun beberapa sel CD4 yang terinfeksi tetap berada di berbagai jaringan tempat penyimpanan. Ketika pengobatan dihentikan, infeksi laten mereka dapat dengan cepat menjadi aktif kembali.
Bagaimana pengobatan dini bisa menghasilkan remisi berkelanjutan dan bahkan penyembuhan?
Ketika orang dewasa menghentikan ART, virus akan kembali menyerang dalam beberapa minggu. Sebagian kecil orang dewasa telah menghentikan ART dan tetap bebas virus selama bertahun-tahun berdasarkan tes standar, namun “pengendali elit” ini masih memiliki bukti adanya reservoir dengan tingkat virus yang rendah.
Pengobatan segera setelah infeksi secara teori mempunyai peluang lebih besar untuk menyusutkan reservoir virus. Pada orang dewasa, jarang sekali orang mengetahui secara pasti kapan mereka terinfeksi, namun garis waktunya lebih jelas pada bayi yang terinfeksi dalam kandungan. Ketika pengobatan telah menguras cadangannya, maka sistem kekebalan tubuh akan lebih mudah untuk menampungnya. Secara teori, seiring waktu, hal ini dapat menghancurkan semua sel yang terinfeksi HIV, atau setidaknya semua sel yang mampu memproduksi virus.
Apa manfaat dan bahaya bagi anak-anak yang berhenti berobat dan sembuh kembali?
Setiap anak yang kembali memiliki tanda-tanda HIV dalam darahnya memberikan respons yang baik terhadap dimulainya kembali ART, dan Persaud mengatakan setidaknya ada manfaat psikologis dari melakukan apa yang oleh sebagian orang disebut sebagai penghentian penggunaan narkoba.
Apakah peneliti lain telah melaporkan temuan serupa?
Sebuah laporan pada tahun 2015 menggambarkan seorang anak perempuan di Perancis yang menghentikan ART pada usia 6 tahun dan 12 tahun kemudian masih tidak terdeteksi HIV pada tes darah standar, namun memiliki bukti adanya virus di beberapa sel. Dua tahun kemudian, peneliti Afrika Selatan melaporkan kasus seorang anak yang tidak menggunakan ART selama 8,5 tahun dan juga hanya memiliki tingkat virus yang rendah di reservoir.
Di CROI minggu ini, dokter anak Gabriela Cromhout dari Universitas KwaZulu-Natal menjelaskan sebuah penelitian yang mengikuti 309 pasangan ibu-anak, keduanya hidup dengan HIV, sejak tahun 2015. Seperti yang pertama kali dilaporkan pada bulan Juli 2023 , mereka menemukan bahwa lima anak laki-laki yang menghentikan pengobatan “karena alasan sosial” tidak mengalami peningkatan viral load hingga 10 bulan. Penelitian ini sekarang mencakup penghentian ART yang direncanakan. Melansir Science , Cromhout mengatakan bahwa empat anak kini telah mendapatkan remisi bebas ART selama lebih dari 6 bulan dan satu anak sudah tidak menjalani pengobatan selama 29 bulan.
“Sungguh luar biasa bahwa ini adalah cara kita dapat melihat apakah anak-anak benar-benar dapat mengendalikan virus,” kata Cromhout.

