
Foto: (© blueskies9 - stock.adobe.com)
Jakarta, tvrijakartanews - Penelitian dari University of Michigan menunjukkan bahwa mengonsumsi satu aspirin menurunkan risiko komplikasi pendarahan dibandingkan mengonsumsi dua obat pengencer darah. Penelitian ini mengingatkan bahwa aspirin bermanfaat, namun hanya dalam jumlah sedang.
Aspirin membawa banyak manfaat kesehatan, dan bagi sebagian orang, ini adalah obat yang menyelamatkan jiwa. Orang yang pernah mengalami stroke, serangan jantung, atau pemasangan stent di jantungnya menunjukkan peningkatan aliran darah saat mengonsumsi aspirin. Masalah muncul ketika aspirin dipadukan dengan pengencer darah lainnya.
“Kami tahu bahwa aspirin bukanlah obat mujarab seperti yang selama ini diperkirakan dan faktanya dapat menyebabkan lebih banyak kejadian pendarahan pada beberapa pasien, jadi kami bekerja sama dengan klinik untuk mengurangi penggunaan aspirin pada pasien yang mungkin tidak menggunakan aspirin diperlukan,” jelas Geoffrey Barnes, MD, penulis senior studi dan ahli jantung di Pusat Kardiovaskular Frankel Kesehatan Universitas Michigan, dalam siaran pers.
Seperti yang dilansir dari study finds, para peneliti memeriksa hasil pendarahan dari 6.700 orang yang menerima pengobatan di klinik antikoagulasi untuk pembekuan darah dan irama jantung tidak teratur yang meningkatkan risiko stroke. Orang-orang diberi resep pengencer darah warfarin dan aspirin, meskipun mereka tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open tahun 2022, 46,6% orang berhenti mengonsumsi aspirin. Mereka yang menghentikan aspirin menunjukkan risiko komplikasi perdarahan 32,3% lebih rendah. Menurut hasil penelitian, untuk setiap 1.000 pasien yang tidak mengonsumsi aspirin dapat mencegah satu kejadian pendarahan besar.
Dr. Barnes mengatakan, sangat penting bagi dokter dan sistem kesehatan untuk lebih sadar mengenai kapan pasien pengencer darah boleh dan tidak boleh menggunakan aspirin.
“Saat kami memulai penelitian ini, sudah ada upaya dokter untuk mengurangi penggunaan aspirin, dan temuan kami menunjukkan bahwa mempercepat pengurangan tersebut akan mencegah komplikasi pendarahan serius yang, pada gilirannya, dapat menyelamatkan nyawa pasien,” kata Dr. Barnes.
Temuan ini bertepatan dengan penelitian lain yang mempertanyakan perlunya aspirin dikombinasikan dengan obat pengencer darah lainnya. Misalnya, penelitian terpisah melaporkan lebih banyak kunjungan ke ruang gawat darurat di antara orang yang memakai warfarin dan aspirin karena detak jantung tidak teratur atau pembekuan darah dan lebih banyak kejadian pendarahan besar. Studi penelitian lain menunjukkan risiko pendarahan yang lebih tinggi pada orang yang mengonsumsi aspirin dan antikoagulan oral langsung, dan pengobatan tersebut tidak mengubah risiko penggumpalan darah di masa depan.
Dr. Barnes menuturkan, meskipun aspirin adalah obat yang sangat penting, penggunaannya kurang luas dibandingkan satu dekade lalu.
“Tetapi dalam setiap penelitian, kami melihat bahwa terdapat jauh lebih sedikit kasus di mana pasien yang sudah menggunakan antikoagulan merasakan manfaat dengan menambahkan aspirin sebagai tambahan pengobatannya. Pengencer darah yang mereka pakai sudah memberikan perlindungan dari pembentukan gumpalan,” ungkap Barnes.

