DBD Banyak Ditemukan Pada Usia Anak Sekolah, ini alasannya!
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: freepik

Jakarta, tvrijakartanews - Kasus Demam Berdarah (DBD) banyak ditemukan pada usia anak sekolah, utamanya SD, SMP, dan SMA. Hal ini karena anak balita masih dominan berada di rumah, sementara anak sekolah umumnya ke sekolah pukul 08.00-10.00. Selain itu, mereka juga senang bermain di luar rumah seperti bermain bola atau sepeda dari pukul 15.00-17.000.

Dr. Ngabila Salama, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes RI mengatakan, pada kedua waktu tersebut nyamuk aedes aegepty atau demam berdarah sangat aktif dan di tempat yg kegiatan PSN nya masih perlu dioptimalkan.

"Selain itu anak SD juga sering terkena episode pertama atau pertama kali terkena DBD jadi lebih menunjukkan gejala. Orang dewasa lebih banyak tanpa gejala karena sudahh terkena DBD beberapa kali," kata dr. Ngabila, Senin (08/04).

Lalu kenapa kasus DBD pada dewasa banyak ditemukan saat ini dan bergejala?

Dr. Ngabila menjelaskan ada 4 kemungkinan yang terjadi, yaitu:

1. Kasus penularannya sedang tinggi dan banyak di masyarakat, mungkin lebih banyak yang tidak terdeteksi karena tidak bergejala

2. ⁠Kemungkinan adanya varian baru belum dapat disingkirkan

3. Berbarengan dengan puasa sehingga efek dehidrasi keliatan lebih nyata pada dewasa

4. Efek long covid-19 yang mungkin mengubah respon imunitas manusia, sehingga walaupun virusnya sama, tetapi respon imunitas yang ditimbulkan berbeda

Untuk mencegah DBD di hari raya, dr. Ngabila menyarankan agar menghindari gigitan nyamuk dengan memakai lotion antinyamuk beraroma sereh. Pemakaian dapat dilakukan pada jam nyamuk DBD aktif yaitu pukul 08.00-10.00 dan 15.00-17.00.

"Semprot antinyamuk di rumah saat jam di atas, memakai baju dan celana panjang, jika memungkinkan tidur dengan kelambu, hindari obat nyamuk bakar atau elektrik karena bisa terjadi konslet atau kebakaran dan bau yang cukup menyengat," tutur dr. Ngabila.