
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)
Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan potensi kalibarasi atau penyesuaian anggaran subsidi energi pada tahun ini. Hal ini dampak dari ketegangan di Timur Tengah, paska konflik Iran dengan Israel pada Sabtu (13/4/2024).
"Bapak Presiden pun minta semua untuk mengendalikan diri dalam, terutama negara-negara yang bertikai di Timur Tengah," kata Airlangga ditemui di acara Halal Bihalal Kemenko Bidang Perekonomian, di Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Airlangga menambahkan Indonesia dihadapkan dengan tantangan dalam negeri soal subsidi. Untuk itu, pihaknya juga akan mengkalibrasi lagi anggaran yang sudah digunakan.
"Kita juga dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam negeri terutama terkait dengan subsidi. Ini kita juga harus mengkalibrasi lagi anggaran yang digunakan," tuturnya.
Dikatakan Airlangga, permasalahan geopolitik memberi tekanan tambahan terhadap perekonomian global. Apalagi terjadi saat berakhirnya konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina maupun Israel dan Palestina.
"Kita harus mempersiapkan terhadap berbagai shock dan kita belum selesai dari global shock, perang Ukraine masih ada, Israel-Gaza masih ada. Tapi dunia cannot afford another war," ujarnya.
Untuk itu, Airlangga menyoroti tiga hal terhadap perang itu, pertama ialah potensi masih terus tingginya kebijakan suku bunga acuan global, tingginya harga minyak dunia beserta potensi kenaikan biaya logistik, serta potensi kenaikan suku bunga surat berharga negara.
"Tentunya kita berharap di tahun ini kita bisa menjaga pertumbuhan ekonomi, menjaga tingkat inflasi, menjaga tingkat suku bunga. Karena dalam situasi seperti ini, tiga hal menjadi isu, satu itu interest rate global, dua harga minyak, ketiga harga logistik, dan juga tingkat suku bunga SBN," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, konflik itu telah membuat harga minyak mentah dunia bergejolak. Harga minyak brent telah menguat 4,78 persen ke posisi US$ 89,42 per barel pada sore kemarin, begitu juga dengan minyak mentah WTI naik 4,34% ke posisi US$84,56 per barel.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya juga telah mengakui pemerintah akan sulit untuk mencegah melonjaknya subsidi energi, terutama ketika konflik di Timur Tengah semakin memanas usai serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/04/2024) lalu.
Arifin memperkirakan bila ketegangan semakin berlanjut, maka bisa berdampak pada lonjakan harga minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tanah Air. Ujungnya, bisa berdampak pada membengkaknya subsidi dan kompensasi BBM.
Dia menyebut, setiap kenaikan harga minyak per US$ 1, maka subsidi dan kompensasi untuk BBM bisa naik sekitar Rp 3,5 - Rp 4 triliun.
"Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dollar, 100 rupiah juga cukup besar. Makanya kita harus hemat energi, efisiensi energi ini harus terus dicanangkan dikerjain dan diprogramkan," tuturnya saat ditemui usai Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan RI di Jakarta, Selasa (16/4/2024).

