
Foto: study finds(© James Thew - stock.adobe.com)
Jakarta, tvrijakartanews - Penelitian internasional terbaru melaporkan bahwa terdapat jauh lebih banyak sampah yang berada di bawah permukaan laut. CSIRO, badan sains nasional Australia, dan peneliti dari Universitas Toronto di Kanada memperkirakan terdapat hingga 11 juta ton polusi plastik di dasar laut. Misalnya sebuah pulau sampah terapung raksasa yang luasnya dua kali negara bagian Texas di Pasifik.
Melansir study finds, setiap menit plastik senilai satu truk sampah masuk ke laut. Dengan perkiraan penggunaan plastik yang akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2040, pemahaman yang tepat tentang bagaimana dan ke mana sampah plastik tersebut berpindah setelah dibuang sangatlah penting untuk melindungi ekosistem laut dan satwa liar.
Denise Hardesty, Ilmuwan Riset Senior di CSIRO, menjelaskan bahwa ini adalah perkiraan pertama mengenai berapa banyak sampah plastik yang berakhir di dasar laut. Tempat sampah tersebut terakumulasi sebelum akhirnya terurai menjadi potongan-potongan kecil dan bercampur menjadi sedimen laut.
“Kita tahu bahwa jutaan ton sampah plastik masuk ke lautan kita setiap tahunnya, namun yang tidak kita ketahui adalah seberapa banyak polusi ini berakhir di dasar laut kita,” kata Dr. Hardesty.
“Kami menemukan bahwa dasar laut telah menjadi tempat peristirahatan, atau reservoir, bagi sebagian besar polusi plastik, dengan antara 3 hingga 11 juta ton plastik diperkirakan tenggelam ke dasar laut. Meskipun sebelumnya telah ada perkiraan mengenai mikroplastik di dasar laut, penelitian ini mengamati benda-benda yang lebih besar, mulai dari jaring dan gelas hingga kantong plastik dan segala sesuatu di antaranya,” lanjut Hardesty.
Alice Zhu, Kandidat PhD dari Universitas Toronto yang memimpin penelitian ini, menambahkan bahwa menurut perkiraan terbaru, jumlah polusi plastik di dasar laut bisa mencapai 100 kali lebih banyak daripada jumlah plastik yang ditemukan mengambang di permukaan lautan.
“Permukaan laut adalah tempat peristirahatan sementara plastik sehingga diharapkan jika kita dapat menghentikan masuknya plastik ke lautan, jumlahnya akan berkurang,” kata Zhu.
“Namun, penelitian kami menemukan bahwa plastik akan terus berakhir di laut dalam, yang menjadi tempat peristirahatan permanen atau tempat pembuangan polusi plastik laut,” lanjutnya.
Para peneliti menggunakan serangkaian data ilmiah untuk membangun dua model prediktif untuk memperkirakan jumlah dan distribusi plastik di dasar laut; satu model datang melalui data yang dikumpulkan oleh kendaraan yang dioperasikan jarak jauh (ROV), sementara model lainnya menggunakan data dari pukat-hela (trawl) udang. Dengan menggunakan data ROV, penulis penelitian memperkirakan tiga hingga 11 juta metrik ton polusi plastik berada di dasar lautan.
Hasil ROV juga mengungkapkan kumpulan massa plastik di seluruh benua; sekitar setengah (46%) dari perkiraan massa plastik di dasar laut global berada di kedalaman di atas 200 m. Wilayah laut yang lebih dalam, mulai dari 200 meter hingga 11.000 meter, mengandung sisa massa plastik yang diperkirakan (54%).
Meskipun luas permukaan laut di daratan dan pesisir jauh lebih kecil dibandingkan lautan (11% berbanding 56% dari seluruh luas bumi), para peneliti memperkirakan wilayah ini menyimpan jumlah plastik yang sama besarnya dengan wilayah dasar laut lainnya.
“Temuan ini membantu mengisi kesenjangan pengetahuan yang sudah lama ada mengenai perilaku plastik di lingkungan laut, memahami kekuatan pendorong di balik transportasi dan akumulasi plastik di laut dalam akan membantu memberikan masukan bagi upaya pengurangan sumber dan perbaikan lingkungan, sehingga mengurangi risiko polusi plastik terhadap kehidupan laut,” simpul Zhu.

