Pabrik Desalinasi Baru di Basra untuk Mengatasi Kelangkaan Air di Irak Selatan
NewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: reuters

Jakarta, tvrijakartanews - Pabrik desalinasi baru di Umm Qasr, Provinsi Basra, Irak, bertujuan untuk mengatasi kelangkaan air bagi penduduk dan pertanian. Menurut Assistant Chief Engineer, Hussein Mortada, fasilitas yang akan beroperasi penuh pada bulan Juni ini dapat menghasilkan seribu meter kubik air bersih menggunakan air tanah.

“Stasiun ini adalah stasiun pertama yang menggunakan air tanah untuk desalitaion di Irak – untuk kemudian dipompa ke warga. Kapasitas stasiun ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama berkapasitas 400 meter kubik, tahap kedua berkapasitas 600 meter kubik. meter kubik, total seribu meter melayani distrik Umm Qasr," ujar Hussein dilansir dari reuters (21/04).

Hussein menjelaskan stasiun ini menggunakan air tanah yang bersumber dari sumur. Mereka menggunakan sumber ini karena daerah tersebut merupakan daerah gurun yang tidak ada sungai yang melewatinya dan tidak ada sumber air di dekatnya. Jadi mereka beralih ke ide untuk menggunakan air sumur atau air tanah untuk menyaringnya, melakukan desalinasi, dan memproduksinya untuk masyarakat sebagai air minum.

Menurut Direktur Distrik Umm Qasr, Saleh Abdul Mahdi, akses terhadap air bersih telah menjadi masalah di wilayah tersebut selama bertahun-tahun, karena peningkatan jumlah penduduk yang tajam dan pertumbuhan kegiatan industri di masa lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, jelas Abdul Mahdi, tren tersebut berbalik, banyak warga yang harus pindah karena tidak dapat memenuhi kebutuhan air keluarganya.

“Distrik Umm Qasr…distrik ini berjarak kurang lebih 75 km dari pusat Kegubernuran Basra. Masalah pelayanan terbesarnya adalah kelangkaan dan salinitas pasokan air. Bahkan pada periode sebelumnya, periode pemerintahan sebelumnya, masalah ini ada, namun seiring berjalannya waktu, peningkatan persentase penduduk, dan peningkatan aktivitas di kota ini, kota ini menarik pekerja dan jumlah penduduk meningkat. Tahun demi tahun, masalah ini mulai bertambah mencapai titik di mana air disuplai ke wilayah tersebut rata-rata dua hari seminggu dalam kondisi terbaik, dan setiap hari rata-rata enam hingga delapan jam," tutur Saleh Abdul Mahdi.

Saleh Abdul Mahdi mengungkapkan bahwa masyarakat tidak punya pilihan selain pindah dari kota Ummu Qasr, meski hanya sementara. Ada yang menyewakan rumahnya, meninggalkan rumahnya, dan pindah ke pusat kegubernuran.

Saeed Abdel Wahed, salah seorang warga mengatakan krisis air sulit untuk diatasi, karena biaya air sangat membebani anggaran mereka dan harga air terus meningkat.

“Masalah air di kota Umm Qasr adalah krisis yang parah. Maksud saya, sejujurnya, sudah bertahun-tahun. Ketika Anda datang, Anda melihat setiap rumah memiliki tiga atau empat tangki dan itu karena krisis air. Maksud saya, setiap rumah memiliki tiga atau empat tangki. Dalam seminggu mereka memompa air kadang-kadang sekali kadang dua kali. Ini menjadi krisis, orang-orang membeli dari truk air,” katanya.

Keterangan dari Saeed Abdel Wahed, jika seseorang memiliki keluarga besar, atau mempunyai keluarga, ia harus membeli dari stasiun atau dari truk air yang tersedia. Harga yang dikeluarkan jumlah paling sedikit yang dapat dibelanjakan setiap minggu adalah 15 hingga 20 ribu dinar Irak ($10 hingga 13) per minggu untuk air.

Irak telah berjuang mengatasi kekurangan air akibat kenaikan suhu dan polusi. Negara ini juga telah berusaha untuk keluar dari konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, mulai dari invasi mantan Presiden Saddam Hussein ke Kuwait pada tahun 1990 hingga invasi pimpinan AS pada tahun 2003 yang menggulingkannya, hingga kekerasan yang dilakukan oleh militan ISIS, yang mengambil alih sebagian besar negara tersebut, menghancurkan perekonomian dan infrastrukturnya.