
Foto: Reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Banjir bandang dan tanah longsor di Kenya tengah menewaskan sedikitnya 45 orang dan melukai lebih dari 110 lainnya pada Senin (29 April) ketika air banjir menyapu rumah dan mobil di kota Mai Mahiu.
“Saat saya membuka pintu ruang makan, air masuk dan mengalir melalui dapur. Begitulah cara saya keluar dari rumah. Suami saya terpaksa masuk kembali ke dalam rumah karena air dan saat itu rumah sudah mulai ambruk. Dia berhasil bermanuver dengan cepat dan keluar. Putri saya yang berada di kamar sebelah hanyut keluar rumah karena kekuatan air,” kata Anne Gachie, salah seorang korban banjir.
Melansir dari reuters, polisi awalnya mengira banjir tersebut karena bendungan yang jebol, namun Kementerian Air kemudian mengatakan banjir tersebut disebabkan oleh terowongan sungai di bawah tanggul kereta api yang tersumbat oleh puing-puing.
“Anak perempuan saya yang terakhir lahir dan memegangi punggung saya saat kami berada di dalam air, memohon agar saya tidak meninggalkannya. Saya meyakinkannya dan memintanya untuk berpegangan pada puing-puing yang mengapung di dekatnya. Sayangnya, dia sudah pergi sekarang. Putri sulung saya dirawat di rumah sakit di Maai Mahiu, tapi sisanya… (menghela napas),” tutur Mary Mwangi, korban lainnya.
Beberapa jam setelah hujan reda dan air banjir mulai surut, warga setempat mengeluarkan sepeda motor dan barang-barang rumah tangga dari lumpur sambil mencari orang-orang tercinta yang hilang. Sementara mereka yang baru pulih dari luka-luka di rumah sakit setempat, bercerita tentang air yang membawa keluarga mereka ke tengah banjir, tanpa harapan untuk melihat mereka hidup kembali.
“Saya dan istri saya tertidur, begitu pula anak-anak. Istri saya tiba-tiba terbangun setelah dia mengalami ledakan keras. Dia turun dari tempat tidur dan bergegas pergi mencari tahu apa yang terjadi dan saya mengikutinya. Air yang deras datang dari belakang rumah. Kedengarannya seperti bom. Air langsung menghanyutkan kami. Saya sadar kembali di pagi hari, telanjang dan berada di atas batang pohon yang tumbang,” jelas John Macharia korban yang selamat.
Kematian tersebut membuat jumlah korban jiwa akibat hujan lebat dan banjir di seluruh Kenya sejak bulan lalu menjadi lebih dari 140 orang. Lebih dari 185.000 orang terpaksa mengungsi.
Direktur Kesehatan Kabupaten Nakuru, Dr. Joy Mugambi mengatakan, “Terlepas dari semua tantangan yang kita hadapi di sektor kesehatan, para dokter merespons dan mampu datang tepat waktu dan mampu menangani kasus-kasus yang kami hadapi. Anda dapat melihat (bangsal) korban kosong, dan hal ini terus berlanjut. dari hampir jam 2 siang,” katanya.
Sementara itu, Presiden Kenya, William Ruto mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengadakan rapat kabinet untuk membahas langkah-langkah tambahan apa yang akan diambil oleh pemerintah. Ia juga memastikan bahwa warga yang menjadi korban perubahan iklim, yang saat ini menderita banjir, dan mereka yang menderita tanah longsor akan mendapat perlindungan.

