
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Senin (6/5/2024). (Foto: Chaerul Halim).
Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy angkat bicara mengenai kasus tewasnya taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Putu Satria Ananta Rastika (19) akibat dianiaya seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21).
Menurut dia, kasus yang menewaskan taruna itu adalah tanggung jawab pihak institusi termasuk kepolisian dan pimpinan STIP.
"Akan kita lihat kasusnya ya, selama ini menjadi tanggung jawab institusi, yang termasuk kalau itu menyangkut mahasiswa ya pimpinan yang bertanggung jawab terhadap bidang kegiatan kemahasiswaan," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (6/5/2024).
Meski begitu, Muhadjir mengatakan, pemerintah belum melakukan intervensi terhadap STIP atas peristiwa serupa yang berulang tersebut. Sebab, pemerintah harus melihat terlebih dahulu case kasus kekerasan yang terjadi di STIP Jakarta.
"Belum (intervensi). Kita belum sampe sejauh itu," ucap dia.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku prihatin atas tewasnya taruna di lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan kementeriannya.
Namun, ia belum bisa memberikan keterangan terkait proses penegakan hukum dalam kasus tersebut.
"Saya berbela sungkawa dan sangat prihatin. Kami sudah melakukan satu upaya penegakan hukum. Tapi nanti detilnya Bu Adita (Jubir Kemenhub) akan jelaskan," ucap dia.
Sebelumnya, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kemenhub melakukan pembenahan pola pengasuhan di STIP.
Pembenahan pola asuh ini dilakukan tim investigasi internal berdasarkan hasil evaluasi atas kasus tewasnya taruna STIP akibat diduga dianiaya seniornya.
Menurut Plt Kepala BPSDMP Subagiyo, pembenahan pola asuh ini penting dilakukan agar peristiwa serupa tak terulang.
"Tindak kekerasan sama sekali tidak ditolerir di STIP dan sekolah lain di bawah BPSDMP, namun pembenahan ini tetap perlu dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang ke depan," kata Subagiyo di Jakarta, Minggu (5/5/2024).
Untuk memulai pembenahan ini, Subagiyo mengatakan tim investigasi internal akan mengevaluasi keterkaitan kasus kekerasan di STIP Jakarta dengan pola pengasuhannya. Nantinya, hasil evaluasi tersebut bakal diterapkan di STIP termasuk sekolah yang berada di bawah naungan BPSDMP.
"Hasil evaluasi pada unsur-unsur kampus STIP nantinya akan pula diterapkan pada sekolah lain dinaungan BPSDMP, sehingga tindak kekerasan ini tidak terulang," ucap dia.
Berkait dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di STIP Jakarta, Subagiyo mengatakan, pihaknya menerapkan sistem belajar hybrid agar tak mengganggu proses penyelidikan yang dilakukan Polres Metro Jakarta Utara.
"Untuk mendukung proses penyidikan Polres Jakarta Utara dan proses kegiatan pembelajaran tetap berjalan, langkah yang diambil STIP yakni menerapkan sistem belajaran Hybrid per tingkat semester setiap minggunya bergantian," imbuh dia.
Sebagai informasi, seorang mahasiswa berinisial PSAR tewas di lingkungan kampus STIP, Cilincing, Jakarta Utara pada Jumat (3/5/2024) pagi.
Kapolres Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan, jasad Putu meninggalkan bekas luka di ulu hati. Luka itu diduga akibat tindakan kekerasan yang dilakukan seniornya, Tegar.
Awalnya, Tegar menegur Putu karena dianggap melanggar memakai baju olahraga ketika mengecek kelas di Gedung Pendidikan. Kemudian, T mengajak Putu beserta teman lainnya ke toilet dan selanjutnya melakukan pemukulan sebanyak lima kali di ulu hati hingga korban tersungkur.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Putu dinyatakan tewas karena tak bisa bernapas. Pelaku juga sebelumnya sudah berusaha menolong korban usai korban ambruk.

