Obesitas pada Anak, Studi: Sumber Gula Lebih Penting Dibanding Jumlah Konsumsi
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: Gula buah dalam jeruk (© viperagp - stock.adobe.com)

Jakarta, tvrijakartanews - Penelitian telah menghubungkan pemanis dengan segala hal mulai dari kerusakan gigi hingga diabetes tipe 2 dan penambahan berat badan. Namun, tidak semua gula buruk bagi kesehatan, semuanya tergantung dari mana gula itu berasal. Para peneliti dari Belanda menemukan bahwa sumber gula yang dimakan anak-anak lebih penting dalam kaitannya dengan obesitas dibandingkan jumlah yang dikonsumsi anak-anak.

Dilansir dari study finds (13/5) temuan penelitian ini mengubah pemahaman kita tentang obesitas pada masa kanak-kanak. Penelitian ini mengungkapkan bahwa jumlah total gula yang dikonsumsi selama masa kanak-kanak tidak signifikan terhadap penambahan berat badan pada usia 10 atau 11 tahun. Sebaliknya, gula merupakan sumber gula yang berkontribusi terhadap buruknya kesehatan. Anak-anak yang terutama mengonsumsi gula dari camilan manis, seperti kue, kembang gula, susu manis, dan susu coklat, lebih mungkin mengalami obesitas.

Namun, gula dari buah dikaitkan dengan penurunan berat badan. Selain itu, mereka yang mendapatkan sebagian besar gula dari produk susu cair tanpa pemanis seperti susu dan buttermilk, cenderung tidak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

“Buah-buahan dan produk susu tanpa pemanis dianggap menyehatkan, mengandung banyak gula intrinsik, gula yang terdapat secara alami dalam makanan, bukan ditambahkan. Kami ingin tahu apakah sumber gula, yang ditambahkan versus yang intrinsik, serta jumlahnya, memengaruhi kemungkinan terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas,” kata Junyang Zou, profesor di Departemen Epidemiologi di Universitas Groningen dan Pusat Medis Universitas Groningen, dalam rilis media.

Ia menambahkab, meskipun hal ini telah dipelajari sebelumnya, hasilnya tidak konsisten dan kurangnya penelitian berkualitas tinggi mengenai topik ini.

Tim mengumpulkan data kesehatan dari studi GEKCO Drenthe, sebuah studi longitudinal yang melacak kesehatan dan asupan gula anak-anak yang lahir di Belanda Utara antara bulan April 2006 dan April 2007. Kuesioner makanan diisi oleh orang tua dari 891 anak ketika anak-anak tersebut berusia tiga tahun. tahun. Respons ini digunakan untuk menghitung total asupan gula harian dan berapa banyak gula yang dikonsumsi setiap hari dari 13 kelompok makanan, termasuk sayuran, buah utuh, sereal, daging, telur, mentega, susu, kopi dan teh, minuman manis, minuman siap saji.

Perawat mengukur tinggi dan berat badan anak-anak dari usia tiga hingga 10 atau 11 tahun. Skor BMI Z, yang sering digunakan untuk mengukur berat badan pada masa kanak-kanak dan remaja, dihitung untuk mengukur obesitas. Mereka menunjukkan bagaimana BMI anak muda dibandingkan dengan rata-rata BMI berdasarkan usia dan jenis kelamin. Nilai yang lebih tinggi berarti bobot yang lebih tinggi.

Skor BMI-Z dari 891 anak dihitung, namun hanya 817 yang dimasukkan dalam analisis status berat badan. Tujuh puluh empat anak dikeluarkan dari penelitian karena mereka sudah kelebihan berat badan atau obesitas pada usia tiga tahun.

Rata-rata, anak-anak mengonsumsi 112 gram gula setiap hari, yang mencakup 32 persen dari total asupan energi harian mereka yaitu 1.388 kalori. Sumber utama gula adalah buah-buahan, produk susu, minuman manis , dan makanan ringan manis. Para peneliti menemukan 102 anak yang memiliki berat badan normal pada usia tiga tahun menjadi kelebihan berat badan atau obesitas pada usia 11 tahun.

Namun, jumlah total gula yang dimakan pada usia tiga tahun tidak memiliki kaitan dengan kenaikan berat badan di kemudian hari selama masa remaja. Namun, mengonsumsi banyak gula dari produk makanan ringan memang ada kaitannya dengan skor BMI Z yang lebih tinggi pada usia 11 tahun.

Hal sebaliknya terjadi pada buah-buahan. Anak-anak yang asupan gulanya sebagian besar berasal dari buah-buahan memiliki BMI Z-score yang lebih rendah. Anak-anak yang asupan gulanya tinggi dari produk susu tanpa pemanis seperti susu dan buttermilk memiliki kemungkinan 67 persen lebih kecil untuk mengalami obesitas pada usia 10 atau 11 tahun.

Penelitian ini tidak melihat mengapa gula dari produk-produk berbeda mempengaruhi berat badan secara berbeda. Penjelasan yang mungkin terjadi adalah pelepasan gula dari buah lebih lambat dibandingkan camilan manis, yang akan membuat anak kenyang lebih lama. Teori lain adalah bahwa gula yang berbeda mempengaruhi tubuh dengan cara yang berbeda. Kue dan kembang gula menggunakan sukrosa , sedangkan buah menggunakan gula fruktosa, dan produk susu menggunakan laktosa.

Terlepas dari itu, Zou menyarankan para orang tua untuk memberi anak-anak mereka buah-buahan dan susu daripada susu manis dan produk-produk lain yang mengandung gula tambahan.