
Runtuhnya Keraton Surosowan Banten, Berawal Dari Konflik Keluarga dan Serbuan Belanda / Foto: Dimas Yuga Pratama
Banten, tvrijakartanews -- Keraton Surosowan yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan Banten, ternyata pernah runtuh sebanyak 2 kali.
Hal itu diutarakan oleh Staf Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah VIII Provinsi Banten dan Jakarta, Mulangkara saat diwawancarai oleh tvrijakartanews.com.
"Secara besar besaran Keraton ini mengalami kehancuran total 2 kali. Pertama pada masa Sultan ageung tirtayasa, perang dengan Sultan Haji (Sultan Abu Nashar Abdul Qahar) ," katanya.
Kedua, kerajaan Banten ini runtuh setelah adanya serangan dari pihak Belanda.
"Kemudian pada tahun 1808, Keraton dihancurkan lagi, diserang oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Deandles kemudian dibangun lagi," lanjutnya.
Ia menjelaskan, konsep bangunan dari Keraton Surosowan ini ternyata bergaya jawa.
"Awal pembangunan Keraton ini konsepnya Jawa, kemungkinan besar mirip sekali dengan Keraton Kasepuhan yang ada di Cirebon," tandasnya.
Kemudian, setelah hancur saat konflik internal, keraton ini kembali dibangun oleh Sultan Haji dengan bergaya Eropa yang dirancang oleh Hendrik Lucaasz Cardeel.
"Dibangun lagi oleh Sultan Haji kemudian dirancang oleh belanda, katakan arsiteknya lah, Hendrik Lucaasz Cardeel dan disini ada perubahan besar bangunan Keraton, dari konsep Jawa ke Eropa," jelasnya.
Hal itu menurutnya, dapat dibuktikan dengan adanya bangunan yang mirip dengan bangunan eropa kala itu.
"Contoh benteng yang masih terlihat megah, ini contoh perbentengan Eropa dan bangunan Keraton didalam, konon berbentuk bangunan eropa, sudah berlantai 3 bangunan utamanya misalnya," tandasnya.
Saat ini, Keraton Surosowan berfungi sebagai Cagar Budaya yang juga dijadikan tempat konservasi serta wisata sejarah dan terbuka untuk umum.
"Jadi untuk wisata budaya, wisata sejarah," singkatnya.