Ilustrasi rupiah. (tvrijakartanews/ John Abimanyu)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,14 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan. Hal ini disebabkan stabilitas Timur Tengah akibat helikopter yang ditumpangi Presiden Iran terjatuh.
Dari data Bloomberg, Senin, (20/5/2024), rupiah melemah 23 poin atau 0,14 persen menjadi Rp15.978 per USD. Sedangkan data Yahoo Finance, rupiah sore ini ditutup melemah 20 poin atau 0,13 persen menjadi Rp15.969 per USD.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan stabilitas Timur Tengah menjadi fokus setelah jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negerinya jatuh di tengah kondisi cuaca buruk pada hari Minggu (19/5/2024).
"Upaya penyelamatan sedang dilakukan, namun Reuters mengutip pejabat Iran yang menyatakan bahwa nyawa mereka dalam bahaya. Raisi dipandang sebagai pesaing untuk menjadi pemimpin tertinggi Iran berikutnya," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (20/5/2024).
"Selain itu, dia dan juga dianggap sebagai tokoh garis keras dalam menindak protes dalam negeri dan menerapkan lebih banyak undang-undang moralitas," tuturnya.
Menurutnya, data minggu lalu menunjukkan harga konsumen AS untuk bulan April menurun, menyebabkan pasar memperkirakan 50 basis poin (bps), atau setidaknya dua kali penurunan suku bunga tahun ini, namun berbagai pejabat Fed telah memberikan peringatan tentang kapan suku bunga mungkin turun.
"Oleh karena itu, para pedagang bertaruh pada pelonggaran sebesar 46 bps pada tahun ini, dan hanya penurunan suku bunga pada bulan November yang sudah diperhitungkan sepenuhnya," ucapnya.
Dikatakannya, fokusnya sekarang adalah pada laporan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) ukuran inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada tanggal 31 Mei.
Pasar juga akan fokus pada risalah pertemuan terakhir The Fed yang dijadwalkan pada hari Rabu. PMI awal untuk zona euro, Jerman, Inggris, dan AS juga akan dirilis minggu ini, bersama dengan daftar pembicara Fed yang lengkap.
Dari sisi internal, Ibrahim menjelaskan ekonom memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia akan melebar pada kuartal I/2024. Kondisi itu berpeluang terjadi seiring dengan surplus neraca perdagangan yang menyusut.
"Neraca transaksi berjalan Indonesia akan mencatatkan defisit -0,40 persen dari PDB pada kuartal I/2024, yang mana pada kuartal I/2023 mengalami surplus sebesar 0,90 persen dari PDB," ungkapnya.
Dikatakan Ibrahim, hal ini juga menunjukkan pelebaran dari defisit -0,38 persen dari PDB pada kuartal IV/2023.
"Pelebaran defisit transaksi berjalan tersebut terutama dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan yang menurun dari US$12,11 miliar pada Januari-Maret 2023 menjadi US$7,41 miliar pada Januari-Maret 2024.
Adapun, defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV/2024 yang sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, masih ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang yang meningkat.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), kondisi ini didukung oleh kenaikan ekspor barang sejalan dengan perbaikan permintaan global dan harga komoditas.