Anggota DPR RI Cecar Pertanyaan Bahlil Soal Elon Musk Bawa Starlink ke Indonesia
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Menter Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengikuti rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI. (Tangkap layar YouTube TV Parlemen)

Jakarta, tvrijakartanews - Anggota Komisis VI DPR RI mencecar Menter Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengenai masuknya Elon Musk ke Indonesia dengan membawa Starlink. Pasalnya, sebelumnya investasi yang diharapkan dari Elon Musk ialah di bidang kendaraan listrik melalui Tesla.

"Mengenai Elon Musk, ini kaitannya dengan Pak Menteri juga. Karena Menteri Investasi gagal mendatangkan investasi Elon Musk berupa mobil listrik di Indonesia. Elon Musk memilih untuk membangun pabriknya di Vietnam, bahkan pabrik pun gagal masuk ke Indonesia," kata Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDI-P Harris Turino ditemui di DPR RI, Jakarta, Selasa (11/6/2024).

Harris mengatakan soal Starlink yang telah diberi karpet merah oleh pemerintah RI. Padahal, banyak persyaratan operasi yang belum terpenuhi.

"Yang masuk adalah Starlink, masuk beroperasi, tidak memiliki Network Operation Center (NOC), bahkan belum memiliki ULO (Uji Laik Operasi), sudah diberi gelaran karpet merah beroperasi di Indonesia," ujar Harris.

Ditambah lagi, Harris menjelaskan keberadaanya mengancam posisi operator-operator seluler yang ada di Tanah Air.

"Jelas bahwa kalau nantinya mereka akan masuk ke skema business to celular, bisa dipastikan 260 ribu BTS Telkom dan 43 ribu tower Telkom maupun internet provider lain akan mati. Bagaimana tanggapan menteri investasi mengenai ini? Investasi yang masuk akan mematikan BUMN kita, orang-orang yang sebelumnya sudah membangun di Indonesia," tutur Harris.

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR Fraksi PDI-P Deddy Sitorus juga menyinggung tentang masuknya Starlink ke Indonesia. Dari informasi yang diperolehnya, Starlink masuk demi agar Elon Musk datang meramaikan World Water Forum (WWF).

"Kalau bisik-bisik yang saya terima itu buat meramaikan WWF, kehendak untuk menjadikan itu internationally recognize. Tapi untuk menghadirkan Elon Musk kita harus membuka Starlink itu menguasai dan nanti akan menghegemoni yang namanya industri selular kita. Sekarang mungkin belum tapi rapidly itu akan ke sana arahnya," kata Deddy.

Menurut Deddy, saat ini provider-provider di Tanah Air tengah mengalami kondisi yang berat. Sekelas Telkomsel pun membutuhkan investasi yang besar untuk bisa membangun satelit.

"Lalu apakah nanti Starlink Ini bisa memberikan yang namanya dividen pajak yang lebih besar daripada Telkom dan Telkomsel kalau mereka bangkrut? bisa nggak Starling mempekerjakan anak-anak Indonesia lebih banyak daripada Telkomsel dan Indosat?," tutur Deddy.

Deddy menambakan tapi kalau itu kemudian mengurangi kemampuan operator Telkomsel, notabenenya BUMN harus memikirkan dulu.

"Mau ke mana arahnya? belum lagi dari sisi national security Pak? Sekarang okelah bahwa mereka belum secanggih yang fiber optik tapi lama-lama akan ke sana," imbuhnya.