Obat Malaria dapat Mengobati Sindrom Ovarium Polikistik
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto: Obat malaria artemisinin berasal dari tanaman apsintus manis (FREDERIC J. BROWN/AFP melalui Getty Images)

Jakarta, tvrijakartanews - Obat yang sudah digunakan untuk mengobati malaria juga dapat berfungsi sebagai pengobatan sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS). Dalam uji coba kecil terhadap 19 wanita penderita PCOS, obat artemisinin yang banyak digunakan meningkatkan keteraturan siklus menstruasi dan menurunkan testosteron, yang seringkali terlalu tinggi pada penderita PCOS.

Meskipun akar penyebab PCOS tidak jelas, penyakit ini disebabkan oleh ketidakseimbangan beberapa hormon, termasuk terlalu banyak testosteron yang diproduksi oleh ovarium. Hal ini dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur dan kemandulan, jerawat dan rambut berlebih di tubuh, serta gejala lainnya. Melansir news scientist, mereka yang terkena dampak juga cenderung kurang sensitif terhadap hormon pengatur gula insulin, yang menyebabkan penambahan berat badan, sehingga memperburuk ketidakseimbangan hormon.

Saat ini, gejala penderita PCOS diobati secara individual. Misalnya, mereka mungkin menjalani perawatan laser untuk menghilangkan bulu di tubuh atau meminum pil kontrasepsi untuk mengatur menstruasi.

Saat menyelidiki efek obat yang berbeda pada sel lemak pada tikus, Qi-Qun Tang di Universitas Fudan di Shanghai, Tiongkok, memperhatikan bahwa artemisinin mengurangi gejala pada tikus dengan kondisi yang mirip dengan PCOS.

Timnya kemudian memberikan artemisinin kepada 19 wanita penderita PCOS selama tiga bulan. Hal ini menurunkan kadar testosteron pada semua pasien, dan sebagian besar juga mengalami penurunan zat lain yang disebut hormon anti-Müllerian, yang telah dikaitkan dengan PCOS. Bagi 12 peserta, obat tersebut juga menyebabkan siklus menstruasi teratur. Dalam penelitian lain pada tikus dan sel manusia, tim menemukan bahwa artemisinin tampaknya mengurangi produksi testosteron di ovarium.

Stephen Franks di Imperial College London mengatakan artemisinin dapat bertindak melalui mekanisme berbeda dengan meningkatkan sensitivitas insulin, karena menurunkan berat badan cenderung mengurangi gejala PCOS, meskipun 19 wanita tersebut rata-rata memiliki indeks massa tubuh yang sehat.

“Jika hasil uji coba secara acak sama baiknya dengan studi pendahuluan ini, maka ini menarik,” katanya.

Elisabet Stener-Victorin di Institut Karolinska di Stockholm, Swedia, mengatakan fakta bahwa artemisinin secara umum sudah aman bila digunakan untuk malaria berarti artemisinin dapat dengan cepat diubah menjadi pengobatan baru untuk PCOS.