
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Ilmuwan lokal di wilayah Yakutia, timur laut jauh Rusia, melakukan otopsi terhadap seekor serigala yang membeku di lapisan es selama sekitar 44.000 tahun. Penemuan ini merupakan sebuah penemuan pertama dari jenisnya. Ditemukan secara kebetulan oleh penduduk setempat di distrik Abyyskiy Yakutia pada tahun 2021, tubuh serigala tersebut baru sekarang diperiksa secara menyeluruh oleh para ilmuwan.
Albert Protopopov, kepala departemen studi fauna mamut di Akademi Ilmu Pengetahuan Yakutia mengatakan ini adalah penemuan pertama di dunia dari predator akhir Pleistosen.
“Usianya sekitar 44.000 tahun, dan belum pernah ada penemuan seperti itu sebelumnya. Biasanya, hewan herbivora yang mati, terjebak di rawa, membeku, dan mencapai kita secara keseluruhan. Ini adalah pertama kalinya karnivora besar ditemukan," kata Protopopov dikutip dari reuters (29/06).
Terjepit di antara Samudera Arktik dan di timur jauh Arktik Rusia, Yakutia adalah wilayah rawa dan hutan luas seukuran Texas, sekitar 95% di antaranya tertutup lapisan es. Suhu musim dingin di wilayah ini diketahui turun hingga minus 64 derajat Celsius (-83,2°F)
Meskipun bukan hal yang aneh menemukan bangkai hewan berusia ribuan tahun terkubur dalam lapisan tanah beku, yang perlahan mencair akibat perubahan iklim, serigala adalah hewan istimewa, kata Protopopov.
“Ia adalah predator yang sangat aktif, salah satu yang berukuran lebih besar. Sedikit lebih kecil dari singa gua dan beruang, namun merupakan predator yang sangat aktif dan berpindah-pindah, dan ia juga merupakan pemakan bangkai. Ini adalah kesempatan untuk mengetahui apa yang dimakan oleh predator ini, "tambahnya.
Bagi Artyom Nedoluzhko, direktur pengembangan laboratorium paleogenetika di Universitas Eropa St Petersburg, sisa-sisa serigala menawarkan wawasan langka tentang Yakutia 44.000 tahun yang lalu.
"Tujuan utamanya adalah untuk memahami apa yang dimakan serigala ini, apa saja jenisnya, dan bagaimana hubungannya dengan serigala purba yang mendiami wilayah timur laut Eurasia dan khususnya Yakutia," katanya.
Artyom Nedoluzhko menjelaskan bahwa penelitian interdisipliner yang melibatkan berbagai metode, penanggalan radiokarbon, metode penelitian palegenetika, metode lainnya, metode penelitian diet Paleo, memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam sejarah planet ini, untuk memahami apa yang menyebabkan kepunahan massal berbagai spesies, hewan dan tumbuhan dan secara umum, untuk memprediksi masa depan.
“Seperti kata pepatah lama: Sejarah adalah guru masa depan. Perubahan iklim yang sangat besar yang terjadi beberapa puluh ribu tahun yang lalu dapat memberi tahu kita apa yang menanti planet kita dalam waktu dekat," jelasnya.